Für Elise || 25

22 14 39
                                    

Astaga, apa aku tertidur?

Aku segera beranjak dan menatap sekitar, aku benar-benar tertidur di kamar ini. Rupanya kenyamanan tempat tidur Raymond beserta suasana hangat kamarnya membuatku terhanyut didalamnya. Lantas, dimana Raymond?

"sudah bangun?" sebuah suara berhasil mengejutkanku.

"Ray," panggilku pada sosok tampan yang barusaja keluar dari kamar mandi.

Astaga, Raymond benar-benar sangat tampan dengan kaos putih seadanya yang melekat ditubuhnya dan celana selutut. Memang situasi ini sangat jarang kulihat, apalagi dengan sosok Raymond yang selalu tampil rapi dan casual dihadapanku. Inikah Raymond yang sesungguhnya? Raymond yang masih kupertanyakan seperti apakah sosoknya ini.

"hei, lo mau mandi? Gue sudah selesai menggunakan kamar mandi," ujarnya.

"apa?"

"lo mau mandi?"

"itu.... uhm....."

"lo tenang aja, madam Morenna sudah menyiapkan pakaian santai buat lo"

"oh, oke, thank you"

"setelah itu kita turun untuk makan malam, oke?"

Aku mengangguk menanggapi ucapannya.

"tunggu Raymond," oke, aku mulai mengingat sesuatu.

"btw, apa Rigel ada disini?" tambahku.

Seketika ekspresi ceriah itu berubah, ada ekspresi khawatir dan ketakutan yang berbaur menjadi satu. Dan setelah itu, ia mulai menggeleng lemah.

"gue sudah mencari keseluruh penjuru rumah ini dan dia tidak ada disini. Gue juga sudah bertanya kepada madam Morenna dsan beliau mengatakan bahwa Rigel tak pernah pergi kesini lagi selama 5 tahun terakhir. Gue ga tau dimana dia, yang pasti kaki tangan ayah juga tak pernah kembali lagi setelah penangkapan ayah beberapa saat yang lalu," jelasnya.

"apa lo pikir ini ada hubungannya dengan hilangnya Rigel?" tebakku.

"gue ga begitu yakin 100% tapi semua kemungkinan bisa terjadi"

"jadi dimana kita akan mencari Rigel?"

"gue tau kekhawatiran lo padanya Ra, pasti berat banget. Tapi lo ga usah khawatir, gue akan kembalikan Rigel untuk lo, apapun keadaannya," kali ini ucapan Raymond terdengar bergetar dan sendu.

Astaga, apa yang harus kulakukan? Disaat ini aku benar-benar mengkhawatirkan Rigel. Tapi disisi lain aku juga tak ingin Raymond dalam bahaya karena memperjuangkan kebahagiaanku. Tunggu!! Apakah aku bahagia jika Rigel kembali?

"Serra!"

"i...iya Ray?"

"kok lo ngelamun?"

"ah gapapa kok"

"you miss Rigel?"

"apa??" yaps, aku terkejut dengan ucapan gamblang Raymond ini.

"mau melihat kamar Rigel?" tawarnya.

"tapi...."

"ayolah, lo berhak melihatnya!"

"maksud lo?"

"sebagai orang yang paling disayangi dan menyayangi Rigel," ungkapnya.

"Ray please, jangan menyakiti perasaan lo sendiri hanya karena kebahagiaan orang lain," omelku saat aku benar-benar menyadari perasaan bergetar yang Raymond rasakan saat ini.

"gue ga menyakiti perasaan gue sendiri Ra. Kebahagiaan lo dan Rigel adalah sebuah kebahagiaan terbesar dalam hidup gue"

"Ray please!"

Für EliseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang