Aku berjalan menyusuri lorong mansion mewah ini. Tadi Rigel memintaku untuk bermalam di kamar Rolland karena jarak kamar mereka berdekatan, jadi jika aku membutuhkan sesuatu aku tak akan kesulitan menemukan mereka berdua. Karena kamar Rolland yang berada diantara kamar Rigel dan Ray, entah mengapa aku merasa begitu nyaman dan aman. Aku hampir memutar knop pintu kamar Rolland saat sebuah melodi berhasil menghentikan segalanya. Kali ini melodinya bukan berasal dari piano yang biasa kudengarkan dari permainan Rigel. Melodi ini berasal dari gesekan senar biola yang sangat indah, dan ini bukan melodi Für Elise yang biasa dimainkan oleh Rigel. Melainkan melodi Rondo alla turca milik Mozart.
"siapa yang memainkannya?" Pikirku.
Langkah kakiku bahkan mulai berjalan mengikuti alunan melodi indah ini hingga berhentilah aku didepan pintu kamar Raymond. Apa pria ini yang memainkannya? Seutas senyum terbentuk saat aku menatap pintu putih dihadapanku ini. Aku berusaha mengetuknya beberapa kali. Tapi tak ada jawaban. AKhirnya kuputarlah knop pintu ini. Sosok itu berdiri dibalkonnya menghadap sebuah taman dengan dedaunan kuning yang berguguran sembari memainkan biolanya dengan tenang. Aku bahkan sama sekali tak tau kalau Raymond bisa memainkan biolanya dengan sangat indah.
Tak berapa lama ia menyelesaikan permainan biolanya dan mulai menghela napas panjang.
"Turkish march yang indah," ucapku yang kini duduk di kursi balkon tepat dibelakangnya.
Pria ini lantas menoleh menatapku dengan senyuman khasnya yang indah.
"thank you," ujarnya.
"gue baru tau kalau lo bisa main violin"
Ia terkekeh pelan mendengarnya, "ibuku mengajariku. Dia sangat menyukai biola dan sering memainkannya ketika dia sedang sedih"
"sepertinya banyak hal yang telah nyonya Gerald ajarkan pada lo"
"cukup banyak"
"oh ya, btw, bagaimana lo bisa tiba-tiba disini?" tambahnya.
"ah, sorry gue langsung masuk. Tadi gue denger permainan biola lo dan gue ketuk pintu lo, tapi sepertinya lo terlalu terhanyut dalam instrumennya, jadi gue langsung masuk. Sorry ya gue udah lancang"
"it's okay"
Kami terdiam, hanya senyuman yang kini terbentuk diantara bibir kami, diantara angin musim gugur yang berhembus, dan dedaunan kering yang sesekali terjatuh di pangkuanku. Musim gugur ini sangat indah, apalagi dengan sosok Raymond yang memainkan Rondo alla turca dengan biolanya menambah kesempurnaan di musim gugur nan indah ini.
"Für Elise," ucapku tanpa sadar.
"pardon?"
"mainkan Für Elise untuk gue"
raymond kembali tersenyum dan lantas menggeleng pelan. "hanya Rigel yang pantas memainkannya"
"Rigel sudah menyerahkan chord aslinya pada gue, dan gue mau lo memainkan melodi ini dengan biola lo"
"apa? Chord apa?"
"Für Elise"
"dia bukan Ludwig Van Beethoven Ra, untuk apa dia menyerahkan chord nya pada lo?"
"tapi gue adalah Therese Malfatti yang paling dicintai oleh Beethoven"
"semua ini tak ada hubungannya dengan gue"
"mainkan untukku sekali saja, Für Elise adalah melodi yang sangat indah Ray"
"okay," balas Raymond menyetujui.
Pria ini lantas menyiapkan biolanya, ia berdiri dihadapanku, diantara pepohonan yang mulai menguning dan menggugurkan daunnya. nada itu mulai terdengar, sangat lembut dan indah. Aku bahkan tak pernah mendengar instrumen Für Elise dari sebuah biola yang seindah ini. Bahkan aku mengakui permainan biolaku tak mungkin seindah ini. Penghayatan dari Raymond dalam memainkannya, juga guguran daun kering yang sesekali menghantam tubuhnya ditengah angin musim gugur ini tampak begitu sempurna dimataku. Bahkan saking indahnya mendengarnya, aku hingga meneteskan air mata saat melihat dan mendengarnya. Raymond sungguh telah menunjukkan dirinya yang sesungguhnya hari ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Für Elise
Romance[Tolong follow akunku dulu ya sebelum baca, terima kasih] ***** 3 tahun berlalu sejak kejadian luar biasa itu terjadi, aku bahkan masih mengingat betul saat pertama kali bertemu dengannya. Dia adalah sosok gagah yang dengan lembutnya memainkan lagu...