35🕊️ September

548 105 21
                                    

Silahkan vote selagi gratis!! Mencet bintang dibawah gk bakal buat hp kalian meledak, oke?

*************
**********************************""*

Pagi ini sudah memasuki bulan September. Hujan mulai turun, koridor dipenuhi jejak sepatu kotor.

Aqeela diantar oleh mamanya. Ia melipat payungnya saat sudah sampai koridor. Kedatangannya disambut oleh Saskia didepan kelas.

"Pagi Aqeela."

"Pagi juga Kicu." Aqeela ikut mendudukkan diri disamping Saskia. Melihat hujan gerimis yang tak segera usai.

"Kemarin hujan, tadi malem hujan, sekarang gerimis. Fiks banjir."

"Hush gak boleh gitu," tegur Aqeela.

TING TONG!!!

"Udah bel, Rassya kok belum Dateng ya?"

Saskia mengedikkan bahunya, "palingan juga telat bareng yang lain."

Saat akan masuk ia melihat Aisera berjalan acuh melewatinya begitu saja. Melihat Aisera Aqeela jadi teringat perkataan Sera saat ia menginap dirumahnya.

Flashback on

"Gue disana ada masalah keluarga. Daddy gue selalu menginginkan nilai yang sempurna di setiap pelajaran sekolah gue. Dan mami gue yang selalu menuntut gue untuk jadi orang lain. Itu bukan diri gue banget. Bukan cuma itu, daddy gue termasuk lelaki yang main tangan."

Aqeela terkejut mendengarnya. "Lo serius?!!"

Sera mengangguk, ia membuka sedikit bajunya dan memperlihatkan punggungnya. "Itu luka cambuk setiap gue gak dapet nilai sempurna."

Aqeela membekap mulutnya. Meraba luka itu. Lukanya memang sudah kering tapi bekasnya sangat banyak. Garis disana sini. Aqeela tak bisa membayangkan betapa tersiksanya Aisera disana.

"Mami Lo?"

Sera tersenyum menggeleng, "gue gak tau dia tau apa engga. Setiap Daddy mau nyambuk, gue selalu dibawa keruang bawah tanah. Mau minta ampun pun Daddy gue gak akan peduli. Jadi gue cuma bisa nahan." Tanpa sengaja air mata Aqeela ikut menetes mengikuti cerita Sera. Betapa malangnya gadis itu. Aqeela bahkan tidak menyangka hal itu terjadi pada Sera.

"Setelahnya gue dibawa balik ke kamar. Seharian gue cuma bisa tiduran. Gak bisa ngapa ngapain. Biasanya bibi yang bantu obatin. Terus malemnya mami gue dateng sambil nangis. Gue rasa dia tau tapi dia pura pura gak tau. Dia cuma nangis terus pergi. Dan itu berjalan hampir 5 tahun. Gue selalu sendirian dirumah. Gue mulai marah sama diri gue sendiri. Gue marah kenapa gue gak punya keluarga yang harmonis kayak orang orang. Gue marah sama diri gue sendiri pas gue gak bisa lakuin apa apa. Gue kecewa sama diri gue sendiri."

"Gue jadi sering nangis sendiri, gak ada yang mau nemenin. Gak ada yang mau peluk dan hibur gue. Gue kayak anak yang gak pernah ngerasain kebahagiaan." Aisera terkekeh.

"Akhirnya menyakiti diri sendiri itu jadi kebahagiaan tersendiri buat gue, sampe sekarang. Dan akhir akhir ini gue lagi menghilangkan kebiasaan itu."

Dari Jendela SMP #syaqeel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang