Epilog ⌛

393 51 12
                                    

22 Juni 2022

Aqeela membenarkan letak tas gendong nya, sambil membawa sebuah pot bunga ditangannya. Didepannya ada Asta yg membawakan kopernya, ia yang menggantikan Gita untuk mengantarnya ke Jogja.

Setelah dua hari kematian Gita, Aqeela memutuskan untuk melanjutkan keputusan awal nya untuk ke Jogja. Dengan ditemani Asta tentunya.

Mengenai ibunya, beliau sebenarnya sangat baik. Namun terkadang beliau jahat terhadap dirinya sendiri. Melakukan semua hal melampaui batas wajar. Beliau ingin yang terbaik untuk orang orang yang beliau sayangi, namun beliau lupa untuk memberikan yang terbaik pada diri sendiri.

Aqeela menatap rumah didepannya cukup lama. Rumah sederhana tapi sangat nyaman. Lavender yang dulu ia tanam dengan nenek dan ibu nya sudah sangat lebat sekarang.

"Masuk yuk," Asta menarik tangan Aqeela untuk masuk ke teras rumah mbahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masuk yuk," Asta menarik tangan Aqeela untuk masuk ke teras rumah mbahnya.

"Assalamualaikum."

Tak lama pintu terbuka memperlihatkan wanita paruh baya, umurnya hampir menginjak 70 tahun, namun masih terlihat sehat juga manis. "Wa'alaikumsalam."

Mbah Rumi, Namanya diambil dari seorang penyair sufi Persia, teolog Maturidi, sekaligus ulama yang lahir di Balkh, Persia Raya.

"Cucune mbah uti sudah sampai." Mbah Rumi menyambut Aqeela dengan senyum manisnya sambil merentangkan kedua tangannya siap memeluk kedua cucunya.

Mbah uti = Simbah putri/nenek perempuan

Setelah melepas pelukannya mereka berdua diajak masuk, "ayo mbah uti masak banyak di dalam, makanan khas Jogja," ujarnya medok.

Aqeela tersenyum mengandeng lengan mbahnya, "makasih ya mbah."

Mbah Rumi banyak bercerita tentang Jogja saat di meja makan tadi. "Oh Ya le nduk, maaf ya kemarin mbah Ndak bisa ke Jakarta ikut pemakaman mamamu."

Nduk = panggilan untuk anak perempuan, Le = panggilan untuk anak laki laki.

"Mboten nopo-nopo Mbah. Doake mawon mama Khusnul khatimah." Berbeda dengan Aqeela, Asta lebih fasih berbahasa Jawa halus. Karena sejak bayi sampai Alan lulus SD dulu disini. Lalu pindah ke Bogor saat Aqeela masih di dalam kandungan.

"Gapapa Mbah, doakan saja mama Khusnul khatimah."

Setelah berbincang cukup lama, Aqeela masuk ke kamar untuk istirahat dan membereskan barangnya. Ia menaruhkan sementara bunga yang Rassya beri kemarin di gawang jendela.

Ia merogoh tas nya mencari surat yang Rassya beri. Sambil merebahkan tubuhnya Aqeela membuka surat tersebut.

Dear , Aqeelanya Rassya.

Surat ini aku tulis 2 hari sebelum aku berangkat. Gimana kabarnya? Nggak nangis kan aku tinggal? Huh, ga kebayang sebesar apa kangen aku ke kamu nantinya.

Dari Jendela SMP #syaqeel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang