40🕊️ Handsaplas

601 99 32
                                    

Yang males vote sama komen, serlok.
Bertumbuk kita!

Part cukup panjang ada 2000 kata lebih. Biasanya cuma 1000an Jadi baca nya pelan pelan🐢

*******
*************************************

"Munafik."

Aqeela terkejut bukan main. Apa alasan cewek itu mengatainya munafik?

"Kenapa tiba tiba ngomong gitu?"

Aisera tersenyum smirk tetap pada posisinya, "masih pura pura gak tau?"

"Pura pura gak tau tentang apa?"

Mereka cukup jauh dari keberadaan teman teman Aqeela yang lain. Jadi tidak akan ada yang mendengar pembicaraan ini. "Selama ini gue deketin Rassya lo diem, biasanya cewek lain bakalan ngelabrak gue kalok mereka ada di posisi lo. Lo selalu nahan buat gak marah sama gue. Disaat semua orang Mandang gue berubah, lo tetep Mandang gue sebagai Aisera yang sama seperti dulu. Gue bener bener ngerasa bersalah saat itu, gue mau minta maaf, tapi gue gak mau lo jadi mandang gue baik lagi. Sampai saat kejadian di bangunan itu, kepedulian lo gak Mandang bulu. Disaat gue ngerasa udah gak ada yang peduli lagi sama gue, lo liat gue dengan tulus, Lo peluk gue hangat."

Aqeela diam, tapi telinganya tak pernah berhenti untuk mendengar.

"Dan itu membuat keputusan gue tambah bulat buat ceritain sebagian masalah gue ke lo. Ada sebuah kepercayaan yang gue kasih buat lo jaga. Tapi apa?"

Aisera beralih melihat Aqeela dengan senyuman perihnya. Mata itu memang tidak menangis tapi Aqeela bisa merasakan dibalik mata memerahnya ada hati yang terus memaksa air mata itu keluar. 

"Lo bongkar semuanya! Lo buka semua rahasia yang selama ini gue jaga dengan baik. Bahkan gue sampe rela berubah supaya orang memandang gue jahat karena berubah, bukan karena gue punya penyakit mental yang bisa membahayakan orang lain."

Aqeela diam mencerna semua ucapan Aisera. Ia tau sekarang masalahnya.

"Gue lebih baik ditatap jahat dari pada terlihat kasian. Udah cukup mereka liat gue penuh tatapan kasian pas mereka tau gue punya anemia akut dan lemah jantung." Aisera menarik nafas panjang, lalu membuangnya perlahan. Ia berusaha untuk lebih tenang dan tidak menangis di depan Aqeela. Ia juga tak mau membuat asma nya kambuh saat disekolah.

"Sekarang semua orang udah tau tentang gue. Banyak dari mereka ngira gue punya kepribadian lain yang kejam. Kalok dulu mereka benci karena sifat gue, sekarang mereka selalu liat gue dengan tatapan was was. Seolah gue bakalan bunuh mereka karena penyakit gue ini."

Aisera menatapnya sinis, "Udah puas balas dendam nya? Gue salah udah nganggap lo temen yang baik dan tulus. Gue nyesel udah kasih kepercayaan itu cuma cuma. Gue gak tau hal apa yang bakal gue lakuin buat perbuatan lo ini. Tapi jujur sekarang gue bener bener kecewa."

Aqeela menatap punggung Aisera yang berjalan menjauh. Ada kesesakan dalam dirinya. Ia ingin membantah tapi itu semua percuma jika tidak ada bukti. Melihat dari sudut Aisera, Aqeela tak akan menyalahkan Aisera, karena Aisera sendiri yang bilang Aqeela adalah orang pertama yang tau masalah kepribadian nya. Jadi wajar jika Aisera menuduh Aqeela. 

Aqeela berbalik kembali ke kelasnya. Bergabung kembali dengan temannya yang lain. Aqeela tak bisa membiarkan Aisera terus terusan salah paham. Ia harus menyelesaikan masalah ini. Secepatnya.

Dari Jendela SMP #syaqeel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang