Chapter 10

1K 104 11
                                    

"bicaralah padanya bahwa semua baik baik saja"

"Baiklah"

Asborn bangkit dari duduknya dan berjalan ke kamar Katrina.
Sementara Azazil dan Vali kembali ke rumah mereka masing masing.
Asborn memasuki kamar Katrina dan duduk di samping kasur.
Katrina tidur dengan satu bantal menutupi kepalanya.

"Kau yakin tidak mau sekolah, apa karena masa lalumu?"

"...."

Katrina tidak menjawab, seperti yang azazil katakan sepertinya itu benar.

"Aku tidak memaksamu, aku membawamu ke sini untuk melatih mu dan setidaknya aku bisa menggantikan orang tuamu walau itu tidak mungkin, sekarang kau sudah kuat tidak ada yang bisa menyakitimu?"

Asborn hendak pergi tapi Katrina menahannya.
Tangan kecilnya memegang ujung baju Asborn.

"..?"

"Baiklah aku akan pergi besok"

Asborn tersenyum kepada Katrina.
Menantang rasa takutnya itulah yang Asborn suka.
Dia dengan cepat menerima kematian ke dua orang tuanya bahkan meminta Asborn untuk mengajari caranya bertarung agar kejadian itu tidak terulang lagi.
Tapi rasa takut terbesarnya adalah bully an.
Dan sekarang dia datang untuk melawan rasa itu, rasa takutnya tentang sekolah karena di sana lah dia menderita.

Asborn mencium kening Katrina dan menyuruhnya untuk tidur.

=============

Pagi harinya

Matahari bersinar terang, pohon bergoyang tertiup angin.
Di jalan Asborn dan Katrina melangkah.
Ini hari pertama Katrina sebagai murid pindahan.
Lokasi tempat sekolah Katrina untungnya tidak terlalu jauh dengan sekolah tempat Asborn berada.

Tidak butuh waktu lama akhirnya mereka sampai.
Sekolah menengah pertama Kuoh di sini lah Katrina akan bersekolah sebagai siswa pindahan tahun ke dua.

Semua dokumen tentang Katrina sudah selesai azazil urus.
Jadi dia hanya perlu menyerahkan surat indentitas ke guru dan selesai.

Mereka sampai di pintu kelas Katrina.
Asborn sedikit berjongkok untuk menyamai ketinggian Katrina.

"Jika ada seseorang yang menggangumu tidak apa apa memberi mereka sedikit pelajaran tapi ingat jangan berlebihan"

"Baik!"

Dia mengelus kepala katrina, Katrina tidak menolak tapi senang dengan apa yang dilakukannya.
Setelah selesai mengantar dia berjalan pergi.
Melihat ke jam itu sudah menunjukan pukul 08:00
Sudah terlambat untuk masuk sekolah apalagi kemarin dia tidak masuk karena melihat pertarungan Bellion dan Vali.
Jadi dia mempercepat langkahnya.

"Kurasa aku akan mendapat masalah lagi huh benar benar menyebalkan!"

=========

Guru berjalan ke depan dan di sampingnya seorang anak perempuan mengikuti.

"Semuanya dia adalah murid baru tahun ini, Katrina perkenalan dirimu"

Guru itu tersenyum dan menyuruhnya maju.

"Aku Katrina mulai sekarang akan....

=============

Masuk tidak masuk dia akan terkena hukuman jadi sama saja.
Asborn berjalan ke arah taman kuoh berada.
Di sana tempat yang nyaman dan sejuk tidak seperti tempat lainnya.

Asborn melihat jam tangan,masih tersisa enam jam sebelum dia menjepit Katrina.

Angin menerpa wajahnya dan rambutnya berkibar di buatnya.
Hari tidak terlalu panas karena masih pagi dan angin tidak terlalu kencang.
Suasana yang nyaman untuk tidur itu yang Asborn inginkan sampai seseorang datang entah dari mana.

"Boleh aku duduk di sebelah mu?"

"Tentu"

Rambut merah dan mata merahnya mengingatkan dia tentang seseorang.
Rias, dia sangat mirip dengan Rias, seniornya di sekolah.

"Kamu tidak sekolah?"

Dia memperhatikan pakaian Asborn, itu seragam sekolah kuoh yang tentu saja tidak normal seorang siswa sepertinya berada di sini.
Jam menunjukkan pukul 7:10 waktunya pelajaran di mulai.
Tapi dia masih di sini?

"Tidak"

Jawaban singkat keluar dari mulut Asborn.
Karena kehadiran seseorang, dia kehilangan minat untuk tidur.

"Rambutmu sama seperti Rias apa kau ada hubungan dengannya?"

Asborn ingin mengkonfirmasi jadi dia bertanya langsung. Jika iya berarti dia adalah seorang Maou.
Asborn mengetahui hal itu dari shadow soldier yang dia sebar sebelumnya.

"Ah ya dia adikku"

Seperti yang di duga, seorang Maou di tempat seperti ini tidak lah normal.
Ku dengar Maou ada di dunia bawah jadi kenapa dia repot repot datang kemari?.
Namun tidak ada jawaban terlintas di kepalanya.

"Kau pasti Asborn aku-"

Sebelum dia bisa menyelesaikan ucapannya.
Sebuah belati muncul dan itu mengarah ke leher pria tersebut.
Belati yang di buat Asborn sangat tajam itu bisa memotong besi layaknya memotong tahu.
Pria itu terkejut dengan betapa cepatnya dia menodong belatinya.
Namun Dengan cepat menenangkan diri dan melanjutkan.

"Aku tahu itu dari azazil dia bilang kamu bisa membantuku"

"Membantumu untuk apa?"

Pegangan pada gagang belati semakin erat dia bisa menebas kepalanya kapan saja.

"Aku ingin kamu membantuku membatalkan tunangan adikku Rias"

Asborn menatapnya dan dia mengeluarkan sebuah kantong entah dari mana.
Dia membuka kantong itu dan didalamnya  uang dengan jumlah yang tidak sedikit

Asborn tertegun sejenak dan dia menarik belati ke dalam penyimpanan dimensional nya.
Sepertinya caranya berhasil.

"Jadi aku ingin kamu ikut dalam rating game"

"Rating game apa itu?"

Ini pertama kalinya Asborn mendengarnya.

"Rating game adalah ketika dua iblis yang memiliki gelar bangsawan bertarung"

"Jadi kapan itu akan di adakan?"

"Aku belum tahu tapi tidak lama lagi"

Dia menyerahkan sebuah kartu nama didalamnya ada no telepon.

"Aku akan mengajarimu ketiak waktunya siap dan juga..."

Dia memberi Asborn selembar kertas dan menyuruhnya untuk memberikanya kepada Rias.

"Aku lupa mengenalkan diri aku Sirzechs Lucifer"

dengan itu kesepakatan berhasil dia menggambar lingkaran sihir dan menghilang.
Di tangan Asborn sekantung karung penuh uang, dia memperhatikan uang itu dan menaruhnya ke penyimpanan dimensionalnya.

Jam terus berjalan sudah waktunya untuk menjemput Katrina.

"Bagaimana hari pertama sekolah?"

Asborn tersenyum sambil mengelus kepala Katrina.
Dia senang saat Asborn melakukan itu.

"Lumayan, tapi aku lebih senang saat bersamamu Asborn"

Asborn mendengar hal itu tersenyum hangat Ter lihat dari wajahnya.
Dia bersyukur bahwa Katrina tidak takut lagi.

"Kamu bisa aja"

"~ehehe"

Mereka berjalan pulang dan sesekali mengobrol.

Di bawah kaki Asborn Ratusan ribu shadow soldier mengamati tak terkecuali Bellion.
Bellion mengamati setiap pergerakan yang tuannya buat.
Sampai dia bertemu Sirzechs, Bellion melihat mereka berbicara.
Bellion melihat pada satu momen di mana saat Sizechs mengeluarkan sekantung penuh uang di dalamnya.
Dia kira tuannya tidak akan tergoda tapi itu salah.

"Oh ternyata anda seperti ini Raja"

"Sekarang apa yang akan kita lakukan?"

"Seperti yang kita rencanakan"

"Anda yakin, Raja tidak akan marah?"

"Aku jamin itu"







Sovereign Of Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang