Chapter 40

329 32 8
                                        

Tik tik tik

Suara jam menjadi lebih bising ketika waktu terus berjalan.
Berapa lama ini akan berlanjut, aku hanya ingin menunggu..

Ketika anak anak lain bermain dengan teman mereka di luar.
Apa yang akan ku lakukan itu sangat membosankan.
Di mana antusias ku seolah Dunia ini menjadi sunyi.

Beberapa murid terkadang masuk dan keluar lagi.
Meraka selalu menanyaiku mau makan siang bersama atau tidak.
Aku selalu menjawab tidak.

"..Kamu terlihat menyedihkan ini membuat ku muak"

Kata kata pedas keluar dari wanita berambut merah.

"Kenapa kamu di sini bukankah kamu bilang tidak ingin berbicara padaku?"

Setelah aku mengantar Katrina, Dia sama sekali tidak mau berbicara.
Masuk ke sekolah lebih dulu dan meninggalkan ku di belakang.
Dan sekarang kamu datang kemari bersama mulut pedasmu.
Ini sangat konyol, aku tidak tahu bagaimana cara kerja otak mu.
Aku seperti di permainkan di sini.

".. Seharusnya begitu tapi ini berjalan tidak sesuai yang ku harapkan."

Alicce berjalan dan duduk di salah satu bangku terdekat.
Dia diam untuk beberapa saat.

"Memangnya apa yang kamu harapkan?"

Sejak kemunculan dirinya di dunia baru ini, sifatnya sedikit berubah.
Di mana orang yang selalu mengamuk itu.

Di hadapan ku dia tampak seperti gadis biasa. Dan itu membuat ku takut.
Terkadang perubahan membawa hal yang tak terduga.
Tapi apa diri ku juga sama di matanya.

"Lupakan saja kamu tidak akan mengerti ini hanya masalah waktu.."

"Jika kamu mengatakan sesuatu yang tidak jelas seperti itu bahkan seratus tahun kemudian aku akan selalu tidak mengerti."

"Aku ragu itu akan terjadi.."

Ada keyakinan di setiap perkataan.

Angin kencang menggoyangkan pohon dengan mudahnya.
Dan di dalam kelas sekali lagi keheningan memenuhi tempat.

Aku sama sekali tidak menatapnya, Dan dia kebalikan dari itu.
Walau kami memiliki masa lalu yang gelap tapi di tempat ini semua terasa hilang seolah dulu tidak pernah terjadi.
Waktu membawa pergi berbagai hal yang tak penting.

Setelah aku keluar dari pertempuran tanpa akhir diri ku di penuhi oleh kebingungan.
Sekarang tujuan ku masih tidak jelas.
Membantu Katrina untuk mencapai masa depan yang cerah atau sesuatu yang lain.

Pertanyaan seperti itu muncul setiap saat.

"..mau bertaruh, bagaimana jika Sepuluh tahun ke depan aku masih tidak mengerti, kamu menjadi pelayan ku untuk satu tahun.."

Aku tidak tahu kenapa aku mengatakan seperti itu.

"Hm?.. Baiklah"

Alicce menerima tantangan bodoh ini tanpa ragu ragu.

"Jika kamu mengerti, kau harus menuruti semua perkataan ku."

"Aku terima.."

Asborn tidak menyangka Alicce akan menerima ini dengan mudah.
Mereka saling memandang untuk beberapa saat sebelum tangan mengatakan kesepakatan di terima.
Untuk beberapa saat ini terasa menyenangkan.
Walau terlihat sepele tapi setidaknya ada hal yang membuatnya tidak sabar menunggu.

Ting tong

Bel tiba tiba berbunyi menandakan istirahat selesai.
Itu terasa cepat, anak laki laki dan perempuan segera duduk di bangku masing masing.

"Kalau begitu aku kembali dulu.."

"Ya.."

Mengucapkan selamat tinggal, punggung Alicce segera menghilang dari balik pintu.
Bersamaan dengan itu guru masuk ke kelas.
Menerangkan materi yang di bawa dan Asborn mendengarkan dalam diam.

*******

21 Maret.

Jam menunjukkan pukul tiga lewat lima belas, ini adalah waktu yang di nantikan semua orang.
Gerbang sekolah penuh dengan murid yang lelah.

Di atas atap sekolah Azazil menatap pada keramaian.
Sayap hitam keluar dari balik pakaian membawa banyak beban di belakangnya.
Dalam pikirannya berapa lama kedamaian seperti ini akan berlanjut.

Sudah banyak anomali yang ada termasuk mereka.
Dia masih mengingat dengan jelas kekuatan yang Dia tunjukkan.
Dengan kekuatan seperti itu maka makhluk kuat akan terpancing.

"..Ada apa kamu memanggil ku, Azazil?

Suara datang dari belakang.
Azazil tidak berbalik karena dia tahu siapa yang datang.

"Langsung pada intinya? Kamu terlalu kaku Asborn"

Ini bukan pertama kali mereka bertemu tapi masih terasa asing.
Asborn yang diam berdiri di samping Azazil. Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut hitamnya.

Asborn menatap ke bawah pada orang orang yang lalu lalang.
Beberapa terlihat senang namun juga ada yang bersedih karena hari besok akan menjadi hari berat untuk mereka.

"Kurasa kamu benar, tapi aku juga harus pulang secepat mungkin kamu tahu."

"Haha.. memangnya apa yang menunggu mu di rumah? Pacar?"

Azazil menggoda untuk mencairkan suasana. Dan juga membuat mereka lebih akrab.
Asborn yang mendengar tersenyum.

"Entahlah namun entah kenapa aku ingin cepat pulang."

Di rumah tidak ada yang berubah ini sama seperti sebelumnya.
Tapi Asborn baru saja mendengar bahwa Alicce akan memasak.
Itu semua pemandangan bagus karena dia akan melihat wajah baru dari teman lamanya.
Terlihat sepele tapi menyenangkan melihat hal baru.
Ini seolah wajahnya yang dulu perlahan mulai berubah.
Dan Asborn ingin melihatnya.

"Karena kamu berbicara serius, Asborn tidak lama lagi akan ada liburan musim panas, kami berencana akan ke dunia bawah apa kamu mau ikut?"

"Dunia bawah?.."

Ini bukan kali pertama Asborn mendengar tentang dunia bawah.
Sebelum dia datang Asborn tahu ada tempat seperti itu di dunia ini.
Tapi dia belum pernah melihatnya langsung dan hanya sebatas cerita.

Namun kali ini dia di undang untuk melihatnya langsung.

"Aku ingin tapi kurasa itu akan sulit.."

"Kenapa?"

"Aku punya satu anak kecil di rumah kurasa sulit membawanya ke dunia bawah dan aku tidak mungkin meninggalkannya sendiri.."

"Sayang sekali, tapi jangan khawatir aku jamin dia akan aman."

"..aku akan menghubungi mu nanti.."

"Aku menunggu."

*******

Kediaman Monarch.

Sebuah rumah sederhana namun menyimpan banyak misteri.

Di dalam rumah asap tebal memenuhi tempat.
Bau gosong dan noda di dinding menunjukan sesuatu baru saja terjadi.

"Kamu memasukkan sauce terlalu banyak.."

Katrina berteriak keras ketika di mencoba untuk mencampur bahan lain.
Di sisi lain Alicce memasukkan bahan yang tidak seharusnya di masukan.

"Tidak ini sudah sesuai seperti yang di buku.."

Di tangan kiri Alicce memegang buku masak dan tangan lain memegang botol merah.
Mereka terus berdebat dari pada memasak.
Selagi mereka berdua memasak untuk menu yang baru.

Selagi mereka menghancurkan dapur, para pelayan bersusah payah membersihkan kekacauan.




Sovereign Of Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang