Chapter

1.1K 99 3
                                    

Kelas berjalan seperti biasanya.
Saat pulang sekolah, untuk pertama kalinya Asborn di panggil menghadap ketua OSIS.
Jadi disini lah dia berada di dalam ruang OSIS dan anggota yang juga berada di sana.

"Kau tahu apa kesalahanmu?"

Sona bertanya dengan senyum yang kurasa tidak menyenangkan.
Jadi dia memikirkan apa kesalahannya dan dia tidak bisa menemukan kesalahannya.

"Tidak"

Asborn menjawab dengan ekspresi datar dan Sona tidak menyukai orang yang seperti ini.
Dia mengambil buku harian kelas dan menunjukkan salah satu halaman.

Brukk

Suara buku yang di jatuhkan dengan keras memenuhi ruangan.

"Kau tidak masuk dalam lima hari dan tanpa keterangan!"

"Jadi?"

"Jadi?!"

Sona jengkel dengan sifat Asborn yang selalu tenang.
Sementara anggota yang lain menahan tawa akan tingkah Asborn.

"Nilai mu mungkin bagus tapi jika kamu tidak hadir setidaknya kasih alasan dan surat ijin!"

Asborn bingung kenapa dia harus membuat surat ijin.
Dulu igris berkata kepadanya 'kalau kau tidak bisa berangkat sekolah maka tidak usah berangkat simpel'.
Asborn masih ingat kata kata itu.
Igris yang mendengar merasa malu, dia tidak menyangka tidak masuk sekolah saja harus ada izin.

'sialan kau igris awas saja kau nanti!'

Ketika mereka sedang berbicara ketukan pintu terdengar.

"Saji tolong bukakan pintu"

Seorang pria berambut pirang berjalan ke arah pintu.
Membuka pintu dan yang masuk adalah Akeno.
Dia membawa tumpukan dokumen dan berjalan ke arah sona.

"Apa ini?"

Sona bertanya sambil membuka dokumen itu dan membacanya.
Seperti seorang yang sudah menemukan jawaban dia mengangguk.

"Aku paham, kami akan mengurusnya"

"Terima kasih"

Akeno berbalik dan melihat ke arah Asborn.

"Ah kau pasti Asborn murid yang sering di rumorkan akan ketampanannya"

Dia berjalan dan mendekatkan wajahnya ke Asborn.
Matanya berwarna ungu dan di tambah dada besarnya membuatnya menjadi bahan ****  bagi sebagian siswa.
Saji di sisi lain sangat iri dia juga mau diperlakukan seperti itu.

Asborn dia sisi lain merasa tidak nyaman.

"Bisa kau menjauh sedikit kau terlalu dekat"

"Ahaha maafkan aku ini kebiasaan ku"

Akeno menajuh sambil menjilat bibirnya.

'pria yang menarik' gumamnya.

Akeno pergi dari ruang osis.
Di akibatkan karena ketidakhadiran yang lama Asborn harus menerima hukuman.

Membersihkan tempat sampah sekolah selama seminggu.
Asborn ingin menentangnya namun itu sudah menjadi hukum di sekolah ini.
Tidak ada pilihan lain dia harus menerima suka ataupun tidak suka.

============

Di kediaman Asborn

Tink

Suara bel berbunyi, Katrina melangkah ke pintu.
Dia melihat melalui lubang kecil di tengah pintu.
Untuk melihat siapa yang datang.
Seorang pria berambut Hitam dengan poni emas, dia tidak datang sendiri di belakangnya seorang pria berambut Silver dan matanya berwarna emas.

Igris yang ditugaskan menjaga Katrina juga melihat melalui bayangan di pintu.
Igris mengenal Pria berambut hitam dan poni emas itu namun tidak dengan laki laki yang ada di belakangnya. Mereka adalah Azazil dan Vali.

"Katrina kamu bisa masuk biar aku yang mengurus mereka"

"Apa mereka kenalanmu paman?"

Katrina memiringkan kepalanya membuatnya terlihat lucu.
Igris mengelus kepala Katrina .

"Bisa di bilang iya dan tidak"

Katrina mengangguk dan tidak bertanya lebih jauh.
Dia anak yang patuh dan pintar, Tidak hanya itu dia juga sangat lucu.
Dengan rambut ungu dan mata merah serta kulit putih, menjadi idaman para lelaki jika sudah besar.

Melihat Katrina sudah menghilang dari hadapannya, igris membuka pintu.

"Ada urusan apa datang kemari azazil dan?"

"Kau mengenalku?, aku yakin ini pertemuan pertama kita"

Azazil menatap dengan curiga, dia melihat igris dari ujung kaki sampai kepala.

'Ksatria yang terutup armor dan surai merah ada uap hitam keluar dari armornya itu sama seperti seseorang yang di lawan Vali Minggu lalu!"

"Aku ingin bertemu Asborn, kemarin dia memintaku untuk bertemu tapi dia tidak datang jadi aku datang kemari"

"Tapi maaf Raja belum pulang jadi kembalilah dan datang lagi"

Igris ingin menutup pintu tapi itu di cegah oleh Vali.
Di matanya ada perasaan dendam dan amarah.
Igris tidak tahu apa yang membuatnya begitu marah.
Apa hanya orang yang mereka cari tidak ada?.

Jika dia datang dengan kemarahan berarti dia akan menyerang Raja.
Igris tidak bisa membiarkan itu terjadi.
Jadi dia membanting pintu dan mencekik Vali.
Serangan tiba tiba membuatnya tak berkutik. Vali mencoba melepaskan diri tapi cengkraman igris semakin kuat.

"Ughh!"

Azazil yang berada di belakang terkejut dengan apa yang terjadi.
Dia tahu seharusnya dia tak mengajak Vali.
Setelah pertempuran hari itu dia tak bisa tenang dan memaksa Azazil untuk mencari Bellion.
Jadi dia ikut bersama azazil sekarang dan inilah akibatnya.

"Tolong lepaskan Vali dia tidak datang untuk niat jahat"

"Benarkah itu?"

Igris memandang Vali untuk mengkonfirmasi.
Urat terlihat dari wajahnya. Vali ingin berbicara tapi cengkraman igris terlalu kuat membuatnya tak bisa bicara.

"Y-ya A-ku dat-ang kuhk!"

Melihatnya kesusahan untuk bicara, igris melepaskan Vali.
Dia jatuh dan terbatuk batuk.
Tidak butuh waktu lama dia berduru kembali seperti tak terjadi apa apa.

"Aku datang untuk bertemu seseorang-"

"Sudah kubilang Raja belum pulang"

"Aku belum selesai bicara!"

"Lanjutkan"

"Aku datang kemari untuk bertemu-"

"Bisa biarkan kami masuk"

Azazil menyela dan igris membiarkannya masuk meninggalkan Vali di belakang.
Sementara Vali kemarahannya semakin besar.

(Gw rada lupa alur cerita dxd, maklum dah lama gak nonton dah 3 tahun lebih)

Sovereign Of Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang