Chapter 35

461 49 8
                                    

Kurasa perkenalan ku terlihat baik baik saja.
Aku dan Alicce kembali duduk.
Di sudut ruangan aku bisa melihat Rias dan Sona beserta budak mereka melotot terkejut.

Sudah ku duga mereka akan bereaksi begitu.

Tapi ada satu orang yang tidak suka.

"Sirzechs mereka bukan ancaman malah mereka adalah pendatang yang baik"

Aku bisa mewajari kenapa dia begitu marah.

"Asborn, Alicce kami masih tidak bisa mempercayai.
Oleh karena itu aku akan mengirim Seseorang untuk tinggal di samping rumah mu!"

Kami tidak seperti hanya kamu Sirzechs yang masih tidak percaya.

Brak

Tangan Alicce memukul meja dengan keras.
Pupil matanya berubah seperti reptil itu bersinar.
Aku hanya menghela nafas melihatnya, ide mu terlalu berlebihan Sirzechs.

Sejujurnya aku juga tidak suka gagasan itu  Ini terlihat seperti kami adalah seorang penjahat kelas kakap.
Terlebih dia pasti akan mengawasi 24 jam nonstop.

"Nama mu Sirzechs bukan?"

"Panggil dia dengan sebutan Tuan atau Maou kamu tidak berhak memanggilnya dengan namanya!"

Uhh Issei kamu seharusnya diam saja dan lihat. Kata katamu itu mungkin akan membuat Alicce semakin tidak nyaman.

Tatapan tajam Alicce arahkan pada Issei.
Dia terlihat ketakutan, tubuhnya bergetar dan menabrak dinding di belakangnya.

"Issei!"

"Siapa yang menyuruh mu untuk berkata begitu denganku Bocah"

Kata kata Alicce penuh tekanan.
Aku memegang bahunya dan itu terasa panas.
Tapi ini satu satunya untuk menenangkan dirinya. Apa dia tidak melihat sekeliling, semua orang ketakutan sekarang.

Tindakan ini akan menjadi perang jika di teruskan.

"Alicce tenanglah dan biarkan aku yang bicara, oke?"

"...Kau beruntung!"

Kurasa itu sudah lebih baik sekarang.
Aku melepaskan tanganku dari bahunya.
Telapak tangan ku sedikit merah, badannya panas sekali bahkan kulit ku juga sampai kena dampaknya.
Aku membenarkan posisi dudukku dan menatap Sirzechs.

"Kami tidak masalah jika harus di awasi"

"Asborn?!"

Diam lah dan dengarkan saja kamu itu tidak tahu apa apa dasar otak otot.

"Aku lanjutkan, tapi aku tidak suka di awasi secara langsung dan akan lebih baik jika kamu datang dan berkunjung.
Atau kamu bisa memberi kami rumah untuk kami tinggali itu akan membuat mu lebih percaya, bukan?"

Aku tidak tahu ini akan berhasil atau tidak tapi tidak ada salahnya untuk mencoba.
Alicce menatap ku tercengang.
Matanya bulat sempurna dia pasti menolak usulan ku ini.

"Tidak apa~"

Sirzechs berpikir keras.
Ini seharusnya usulan bagus untuknya.
Tidak ada kerugian dari salah satu pihak, Sirzechs yang bisa mengawasi tanpa harus mengerahkan mata mata dan Asborn yang tidak perlu membayar pajak.

Dia menatap ku tajam.
Mata merah semakin merah sekarang.
Aku bisa mendengar dia menghela nafas.

"Baiklah, kamu akan ku tempat kan di sini"

Dia membuka peta kota kuoh dan dia menunjuk di salah satu rumah.
Itu sedikit lebih dekat dari sekolah dan tempatnya berada di tengah tengah kota.

Perumahan yang di kuasai oleh keluarga iblis sitri.
Sitri itu bukankah hampir sama dengan nama ketua OSIS.
Atau apakah hanya kebetulan belaka.

"Ini adalah kediaman dari keluarga Sitri, mereka memiliki deteksi sihir yang hebat. Akan lebih aman jika kamu berada di sana itu juga akan membuat ku lebih percaya"

"Kalau begitu tidak apa menurut ku"

Deteksi sihir itu kemampuan untuk merasakan sihir di wilayah yang sudah di tentukan.
Kemampuan yang sangat berguna tapi itu tidak berlaku untukku.

Kami bisa menyembunyikan sihir kami tapi jika itu di lakukan mereka akan curiga.

"Jadi bagaimana dengan anda tuan Leviathan?"

Oh jadi itu wilayah Seraffal.
Dia seorang Maou apa mau jika orang seperti ku masuk ke wilayah nya.

"Aku tidak masalah toh banyak rumah kosong di daerah ku jika Asborn dan Alicce pindah itu akan membuat semuanya menjadi lebih ramai!"

Aku suka dia.
Penuh dengan energi positif dan selalu bersemangat.
Tidak seperti dirinya.
Kukira dia hanya Maou yang tenang tapi sepertinya dia sangat curiga.

Aku menatap Alicce.
Apa dia mau atau tidak, Alicce menatapku sejenak dan menatap Sirzechs.

"Jika itu bisa membuat ku jauh dari mu Sirzechs aku akan menyetujuinya"

Azazil yang dari tadi mendengarkan, membuka suaranya.
Waktu kita tidak punya banyak waktu sekarang.
Kesepakatan sudah di terima tidak ada ketidaksenangan dari kedua pihak.

Ini menguntungkan bagi Asborn dan sekarang Keluarga Sitri akan menjadi pengawas.
Dari pada pengawas mereka terlihat seperti tetangga yang baik.

"Kenapa kita tidak lanjut ke topik selanjutnya malam semakin larut kalian tahu"

Sikap bebasnya tidak mencerminkan dari petinggi malaikat jatuh.
Itu membuat yang lain tidak suka terhadap dia.
Tapi aku berbeda, aku suka sikap itu tidak sia sia aku membiarkannya hidup.

"Huhh...Rias maju dan cerita kan apa yang terjadi kemarin"

Rias dan wakilnya Akeno maju ke depan.
Dia mulai menceritakan tentang kejadian kemarin.
Gereja yang berkhianat dan keterlibatan Kokabiel membuat semuanya menegang.
Tujuan mereka adalah untuk memulai perang tiga fraksi.
Untungnya itu di cegah oleh Asborn dan bawahannya.

"Terimakasih Rias"

Rias mengangguk dan kembali mundur.

Sirzechs menatap ku tercengang.

Sekarang dia sepertinya mulai percaya padaku.
Jika bukan karena aku mungkin sekarang sudah perang.
Pertemuan ini tidak lah ada.

Dia menunduk saat mata kami bertemu.

Aku hanya tersenyum melihat itu.

"Jadi apa kesaksian mu Azazil tentang hal itu"

Azazil terlihat santai dia sudah menduga hal ini.

"Dia bergerak sendiri dan aku juga sudah membekukan nya dalam penjara abadi"

"Apa maksudmu dia bergerak sendiri jika kamu tahu itu-"

Sebelum Mikhail bisa menyelesaikan ucapannya itu sudah terpotong.

"Aku membiarkannya melakukan apapun yang dia suka agar aku tahu maksud dari tindakan nya yang sebenarnya"

Issei marah kali ini.
Tindakan bawahannya membuat mereka dalam bahaya.
Dan Azazil yang membiarkan bawahannya bergerak sesukanya tanpa mengambil tindakan itu memuakkan.

"Gara gara kau Asia juga hampir..."

Dia menahan agar sumpah serapah tidak keluar dari mulutnya.
Tangannya menggenggam erat.

Azazil tahu siapa yang dia maksud.
Semua tindakan dari bawahannya, Azazil selalu mengawasinya.

"Aku minta maaf tentang itu dan sebagai permintaan maaf aku akan melakukan sesuatu yang hanya bisa di lakukan oleh ku"

Issei masih tidak senang dengan itu terlebih dia mengatakannya dengan santai.
Nyawa mereka seperti tidak ada harganya.

"Baiklah masalah yang ini sudah selesai mari kita lanjutkan tentang..."

Dia sedikit membuat jeda.

"Perjanjian perdamaian, bukankah itu yang kalian inginkan?"

Itu seperti Sambaran petir bagi yang lain.

"Kau..."

[Jangan lupa votenya]

Sovereign Of Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang