Cowok tersebut baru saja keluar dari kamar mandi dengan mengusap rambutnya yang masih basah dengan handuk di kepalanya. Malam menunjukkan pukul delapan, tidak aneh bagi Karel jika dirinya mandi di jam yang sudah bukan saatnya untuk hal tersebut.Setelah mengantar pulang Ataya ke rumah perempuan tersebut, Karel tidak langsung pulang kerumah. Saat ini ia sedang berada di rumah Darel, di sana mereka tidak hanya berdua, Devan secara tidak sengaja juga berada di sana.
Disisi lain, pikirannya masih berkecambuk dengan ucapan Galang saat mereka bertemu di lorong sekolah. Ia masih tidak tahu apa yang akan Galang lakukan saat meminta dirinya untuk menemui cowok tersebut.
Tak berselang lama, ponselnya yang ia taruh diatas nakas bergetar, lantas cowok tersebut menanggalkan handuknya di pinggir anak kursi meja belajar milik Darel.
+628589*******
Gue tunggu lo di sini dalam 10menit!Share Location •
Read.
Karel sudah yakin pasti yang mengiriminya pesan tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Galang. Karel mengeratkan rahangnya dengan amarah yang hampir memuncak.
Jaket hitam milik Darel yang ia taruh di atas kasur miliknya dengan cepat cowok itu pakai, serta menyambar kunci motornya. Sudah seperti saudara sendiri rasanya jika bersama dengan Darel begitu juga dengan Devan walaupun bagi Karel mereka adalah orang-orang baru.
"Jaket gue mau lo kemanain bangke!" ujar Darel melihat Karel menyambar jaket miliknya begitu saja.
"Pinjam bentar, gue balikkin besok."
Darel mendengus pelan, namun tidak begitu masalah baginya.
"Mau kemana lo?" tanya Devan dengan memainkan minuman kalengnya.
"Dia sudah nungguin di sana." jawab Karel sembari menyambar helmnya. Tapi sebelumnya Devan berhasil menahan lengan cowok tersebut.
"Lo yakin mau sendirian?" tanya cowok jakung di depan Karel tersebut, kemudian Karel mengangguk mantap.
"Gue cuma mau bilang, jangan sampai lo di jebak sama mereka karena ngirim lo alamat, tapi ternyata mereka enggak di sana dan malah orang lain yang datang." ujar Devan yang ada benarnya juga pikir Karel. Namun cowok itu tetap berpikir positif.
"Tenang, gue bisa jaga diri." meski Devan tahu jika temannya ini jago akan hal tersebut, tetapi tetap saja ia merasa was-was dengan Karel.
Kemudian Karel menghidupkan motor besarnya dan melajukan ke alamat yang Galang kirim kepadanya dengan melajukan mesin sangat cepat.
Tidak bodoh bagi Devan, cowok itu berpikiran tidak jernih saat ini karena baginya Galang bukanlah kakak kelas yang baik, lantas ia juga menyambar kunci motor sportnya umtuk menyusul Karel diam-diam.
"Heh lo baru datang, mau kemana?" tanya Darel yang sedang memegang gitarnya.
"Gue yakin lo enggak bodoh soal ini." ujar Devan diambang pintu kamar.
Cowok itu langsung meletakkan gitarnya begitu saja dan ikut bersama Devan.
Lima meter lagi karel akan tiba di tempat yang Galang tentukan melewati pesan. Ia dapat melihat bahwa dari kejauhan saat ini, kolong bawah jembatan yang menjadi tempat Galang untuk menemuinya saat ini sepi tidak ada satu pun orang di sana. Karel mengeratkan cekalan tangannya pada stang motor dan sedikit menginjakkan rem, ia teringat dengan kalimat yang berhasil Devan ucapkan tadi kepadanya.
Namun cowok itu tetap akan datang kesana, hanya ada suara hewan malam yang memenuhi indera pendengarannya kali ini. Lantas cowok itu membuka ponselnya kembali, ia yakin seratus persen bahwa dirinya sampai di tempat sebelum sepuluh menit berlalu.
![](https://img.wattpad.com/cover/218425470-288-k274651.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ATAREL
RomanceNEVERTHELESS a.k.a ATAREL (UPDATE & REVISION) [ CERITA INI AKAN DIREVISI SETELAH TAMAT.] (15+) [on going] Pahitnya kepedihan, rasa sakit yang pernah ia alami di dalam lingkaran keluarga, sahabat, dan orang-orang sekitar, sudah ia rasakan berulang...