24 : "Dilema" 🌛

504 43 3
                                    

Kita tidak akan pernah tau kejadian apa yang akan terjadi kedepannya?
Apakah masa lalu yang akan terulang kembali?

•••••

Mobil yang dikendarai oleh Karel melaju sangat cepat, di kepalanya hanya ada bagaimana caranya agar ia dapat menyelamatkan Ataya yang saat ini dalam keadaan yang tidak sewajarnya.

Hatinya merasa sangat terpukul, andai saja tadi saat Naura mengabarkan bahwa ia harus menjemput Ataya langsung ia lakukan, maka pasti tidak akan kejadian seperti ini.

Karel membanting setirnya kearah kiri, ia menepikan mobilnya di area lahan pepohonan yang gelap. Tangannya menyambar ponselnya untuk memeriksa kembali nomor Ataya, kemudian mengutak-atiknya untuk menemukan keberadaan alamat ponsel tersebut. Hanya ada cara seperti ini satu-satunya yang mungkin dapat menyelamatkan Ataya pikirnya.

"Yap!" usahanya setelah berkelabuh beberapa menit tidak sia-sia, ia mendapatkan alamat ponsel Ataya.

Mobil yang ia kendarai setelah hampir satu jam itu, tiba di sebuah jalanan yang di penuhi pepohanan yang menjulang tinggi serta tidak ada lampu jalanan disana.

Pikirannya kacau, bagaimana bisa ada sebuah rumah atau mungkin tempat usang disini. Hati dan pikiran sama-sama tidak saling searah, ia takut akan terdapat kekeliruan ketika mengutak-atik nomor ponsel Ataya tadi. Karel menghembuskan napas, ia tetap menyetir mobil sampai terdapat sebuah rumah kosong yang sudah usang dan di tumbuhi bermacam-macam rumput liar.

"Gila, masuk aja kali ya." arah map yang menunjukkan titik dimana ia akan mencari Ataya, menunjuk area rumah tersebut. Dengan keyakinan yang kuat, Karel tetap melangkahkan kakinya turun dari mobil.

BRAK!!

Punggung perempuan itu terbentur tembok dengan cukup keras, para cowok bajingan itu mendorongnya hingga terdengar suara nyaring di seluruh celah ruangan. Ataya memberontak ketika ia di paksa untuk berdiri disana, dengan tangan-tangan nakal itu salah satu cowok dari lima diantara mereka berhasil menyentuh leher mulus milik Ataya. Jantungnya berpacu dengan cepat, ia tidak ingin hidupnya berakhir disini, tetesan air mata yang ia tahan akhirnya lolos.

"Enaknya diapain nih bro?" tanya salah satu cowok disana.

"Jangan terburu-buru, kita uji coba aja kali ya siapa tau dia cantik-cantik sudah pernah dicoba, hahaha!!" gelaga suara tawa itu pecah membuat bulu kuduknya berdiri.

Kurang ajar!

"So? Siapa dulu?"

"Gue aja! Gue kan bos disini kalian nanti dulu!" ujar salah satu cowok berkalung rantai di lehernya.

Perempuan itu mencoba melepas ikatan di tangannya namun juga tetap sia-sia. Andai saja ikatan itu dapat terlepas ia akan menghajar habis-habisan para cowok di hadapannya ini, tapi itu hanya andai-andai yang tak pernah menjadi nyata pikir Ataya, ikatan itu sangat kuat sampai mengerat kulit tangannya hingga terasa panas.

"Kayanya lo masih polos ya?" ujar cowok itu dengan satu tangan bertumpu di samping pundak Ataya.

"Tenang aja gue bakal lepas itu lakban di mulut lo kali ini."

Gue hajar lo kalau mau coba-coba!

Lakban yang menempel di mulut Ataya berhasil terlepas dengan sekali tarikan yang kuat. Siapa yang tidak akan meringis jika merasakan hal seperti itu.

"Let's play the game, cantik!"

"Lo coba-coba sentuh gue, gue jamin hidup lo kelar disini!" ujarnya berani meski dengan keringat dingin mengucur di pelipisnya.

ATARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang