Saat ini, mereka sedang berada di rumah sakit setelah mengetahui apa yang telah terjadi dengan Ataya. Benar-benar membuat Karel sangat khawatir, sampai membuatnya mondar-mandir di depan ruangan UGD menunggu kabar dari dokter, yang saat ini sedang menangani kondisi cewek tersebut.
"Ck, lo ngapain sih nyet mondar-mandir gajelas kek setrika." gerutu Darel membuat Karel menatapnya tajam.
"Gue khawatir sama dia lo tau." ucap Karel mendaratkan bokongnya di salah satu kursi kosong.
"Hilih sok khawatir, lu taken aja nggak diterima aja sok khawatir." balas Alvino membuat teman-temannya tertawa.
"Halu mulu sih lo." ucap Darel yang dibalas sorotan tajam oleh Karel.
Karel menyandarkan kepalanya di dinding sembari menghela napas panjang, kalau ngomong suka ngena banget dah. Ucap Karel dalama hati.
Dari arah pintu masuk rumah sakit, terdengar derap suara langkah kaki. Benar saja itu adalah Leo yang masih memakai seragan sekolahnya berlari menghampiri kawanan Karel. Ia mendengar kabar soal kakanya dari Naura, sontak membuatnya langsung kemari ke rumah sakit.
"Kak, kak Ata baik-baik saja kan?" tanya Leo kepada mereka, dengan napas yang tersenggal- senggal.
Mulut Karel hendak terbuka untuk menjawab pertanyaan Leo, namun pintu ruangan UGD terbuka lebih dahulu mendahuluinya, menampakkan seorang Dokter yang keluar dari sana.
"Dengan keluarga Ataya?"
"Saya dok!" ucap Leo dengan raut wajahnya yang cemas.
"Bisa bicara didalam?"
Dengan napas yang masih tersenggal, Leo menuruti perintah dokter tersebut.Kawanan Ataya yang masih menunggu di luar, semuanya merasa cemas dengan situasi saat ini terutama Karel. Ia tak henti-hentinya memikirkan kondisi Ataya, dan siapa pelaku dari semua ini.
"Aargh!!" tangan Karel terkepal dengan kuat, napasnya memburu bak setelah di kejar seekor anjing.
Sontak teman-temannya disana menatapnya heran penuh tanya. Pasalnya Karel tidak pernah menunjukkan kemurkaannya di hadapan kawannya.
"Rel, lo kenapa?" tanya Naura hati-hati, perempuan itu sangat takut jika sudah melihat laki-laki sedang menahan amarah.
"Siapa pun pelakunya, gue bakal buat dia mampus!" siluet mata Karel berubah menjadi dingin. Semua mata tertuju padanya, ini baru pertama kalinya ia berubah menjadi Karel yang dingin.
"Rel gue tau maksud lo, tapi jangan terburu-buru dulu, kita bisa cari orangnya bareng-bareng." ujar Devan mencoba menenangkan Karel, Devan tau betul apa yang di rasakan oleh Karel ia bisa melihatnya dari gerak gerik matanya.
"Tenangin dulu diri lo Rel." ujar Darel menepuk pundak Karel.
Temannya semua tahu, walaupun ia pernah menyatakan perasaan yang murni dari hatinya namun ditolak dari seseorang, tapi ia masih menunjukkan kesetiaannya kepada orang tersebut. Dengan ini semua temannya tahu, bahwa mungkin dia adalah seorang yang setia.
"Sabar dulu." ucap Alvino.
"Kesabaran orang ada batasnya!" balas Karel, ia mencoba menenangkan diri.
Tak lama kemudian pintu ruang UGD terbuka menampakkan Leo yang keluar dari ruangan tersebut. Wajahnya cemas, kakinya lemas untuk berjalan, Ata adalah satu-satunya orang yang ada di rumah bersamanya, yang selalu mendukungnya, dan memberi semangat. Tapi kali ini, semua akan segera mustahil, apakah kakaknya kali ini bisa untuk terselamatkan. Hatinya benar-benar akan runtuh seketika setelah mendengar penjelasan dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATAREL
RomanceNevertheless a.k.a ATAREL (UPDATE & REVISION) [ CERITA INI AKAN DIREVISI SETELAH TAMAT.] (15+) [on going] Pahitnya kepedihan, rasa sakit yang pernah ia alami di dalam lingkaran keluarga, sahabat, dan orang-orang sekitar, sudah ia rasakan berulang...