22: "Satu lawan satu." 🌛

590 43 5
                                    

* Maaf jika ada typo pada kata, yuu bantu koreksi ya, makasii..🙏

•••••

- Luka, kebanyakan datang dari masa lalu yang tidak sengaja terlintas di pikiran kita. -

•••••

Pagi hari ini jadwal kegiatan Ataya begitu banyak, karena sekarang adalah hari minggu, mulai dari bersih-bersih rumah, hingga sore nanti akan mengantarkan Ayahnya ke Bandara untuk melanjutkan pekerjaannya bersama rekan Bosnya.

Perempuan itu menguncir rambutnya asal, memaparkan seutas rambut kecil yang tergerai begitu saja. Dengan satu tangan yang lihai membawa alat pembersih lantai itu dengan semangat.

Saking semangatnya sampai ia tidak sengaja hampir menjatuhkan sebuah pigura kecil di atas sebuah meja. Namun, dengan cepat tangan perempuan itu menahannya agar tidak jatuh kelantai, bisa jadi susah ntar malahan.

Diambilnya pigura kecil itu yang hampir jatuh dan mengembalikan ke tempat semula. Ia memandang sekilas pigura tersebut yang menampilkan foto keluarganya lengkap bersama bundanya tersayang. Ia memandang wanita paruh baya itu dengan dalam, senyuman yang Ataya rindukan beberapa tahun yang lalu, ia ingin sesekali menemukan keberadaan wanita tersebut, walaupun hanya untuk melihatnya dari kejauhan.

Seketika hati kecilnyanya menculas perih mengingat apa yang telah wanita itu lakukan kepada keluarganya. Pergi begitu saja.

Kenapa Bunda tega banget sama kita? Guman perempuan tersebut, tanpa ia sadari sebulir air bening yang keluar dari mata indahnya itu membasahi pipinya.

"Kak kenapa?" tanya Leo tiba-tiba dengan satu tangan memegang alat pel disana.

Ia segera mengusap air matanya yang keluar itu dengan cepat. Tak mau adiknya itu melihatnya rapuh dan menangis dihadapannya.

"Enggak pa-pa, cuma kelilipan aja." jawab perempuan itu berbohong.

"O-oh... Yaudah Leo lanjut bersih-bersih nih." ujar cowok tersebut melanjutkan kegiatannya.

Setelah melakukan ritual paginya dengan bersih-bersih, perempuan itu merebahkan dirinya di sofa bersama Erwin dan adiknya. Hari yang begitu melelahkan.

"Hhh.. Akhirnya woy selesai juga!" cowok berkaos putih itu tak lagi dan tidak bukan adalah Leo menghela nafasnya lega.

"Capek ya?" tanya perempuan itu dengan mengambil keripik yang disediakan disana.

"Sama kok aku juga." ujar cowok tersebut dengan nadanya yang menirukan trend yang lagi booming sekarang.

Ataya berdecak sebal kemudian tertawa ringan. Tatapannya beralih kepada Ayahnya yang juga menatapnya lembut.

"Ayah, jadi balik nanti sore?" tanya perempuan itu memastikan.

Pria itu mengangguk mantap. "Iya Ta, kamu sama Leo baik-baik dirumah ya." pesannya.

Perempuan itu menghembuskan nafasnya pelan, baru beberapa hari ayahnya dirumah setelah itu kembali lagi bekerja. Pria tersebut menjadi orang kepercayaan, karena sifat jujurnya di sebuah perusahaan kerjanya disana. Maka dari itu Erwin tidak bisa lama-lama di rumah.

Sore harinya perempuan itu sudah siap mengantar Ayahnya ke Bandara. Mereka tiba di bandara tiga puluh menit sebelum take off dari bandara.

"Ayah jangan lama-lama Ata kangen ntar!" ujar perempuan itu dengan memeluk Ayahnya sangat erat. Pelukan hangat itu hanya ia dapatkan bersama Ayahnya saja.

ATARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang