I'm only ordinary human
who have a lot pain,
And i don't want people in beside me to be sick with my pain
Always me can taste that.
---Ataya
•••••
Setelah kejadian yang menimpanya kemarin. Ataya tidak membalas chat dan menghubungi Karel, walaupun cowok tersebut terus meneleponnya. Ataya hanya butuh waktu untuk sendiri, seperti biasanya, sepi tidak ada yang peduli. Andai saja Bundanya tidak pergi, Ataya selalu bercerita apa pun dengan aman bersamanya. Namun sekarang hanya tinggal kepingan kenangan. Temannya yang kadang menghiburnya, kali ini seakan-akan moodnya benar-benar runtuh.
Angin sore menerpa wajah perempuan tersebut, menghirupnya, berharap beban masalahnya ikut terbawa oleh angin. Namun itu tidak akan terjadi. Ataya menghembuskan napasnya lelah, perempuan itu melangkahkan kakinya untuk pergi ke sebuah taman yang tidak jauh dari kompleks rumahnya.
Di bawah pohon rindang, perempuan itu duduk memeluk lututnya dengan melihat kawanan anak kecil sedang bermain di sana, rasanya ingin sekali dirinya kembali ke masa kanak-kanak yang masih dapat melihat wajah Bundanya. Pikirannya campur aduk kali ini, bagaimana jika masalah yang terjadi kemarin di dengar oleh Karel. Ataya sama sekali belum menceritakan apa pun tentang kejadian itu, ia tidak tahu harus memulai dari mana.
"Hey, ..." Ataya menoleh ke belakang, di dapatinya Karel sedang berdiri di belakangnya lalu duduk di samping Ataya.
"Gue cariin, ternyata di sini." Karel dapat melihat mata sembab milik Ataya, perempuan tersebut seperti tidak tidur semalaman. Ataya menggeser badannya agar lebih leluasa, kemudian cowok itu membuka sebuah kotak yang ia bawa berisi kue kering.
"Gue bawaain kue kering isi pisang kesukaan lo, karena kemarin lo sudah bawain gue makanan." ujar Karel lembut di akhiri kekehan kecil.
"Ish! Jadi enggak ikhlas nih ngasihnya?" tanya Ataya bercanda.
"Everything for you."
"Kok lo bisa tahu gue di sini Rel?" angin sore membuat anak rambut Ataya berterbangan membuat Karel dapat melihat keistimewaan di wajah perempuan tersebut, juga sepercik rintik kepedihan di sana.
Karel mendekatkan badannya lebih dekat di samping perempuan tersebut, "Gue kira tadi rumah lo kosong, ternyata ada Leo dia juga yang memberitahu kalau lo di sini." ujarnya.
Ataya menatap Karel dalam, rasanya tetap sama ketika cowok itu di sampingnya. Ia seperti mendapatkan perhatiannya kembali.
"Gue mau minta maaf." cicit Ataya sembari memainkan bunga-bunga kecil di depannya.
"Untuk?"
Ataya menghembuskan napasnya dalam, "Informasi tentang gue kemarin di sekolah, dan gue rasa lo tahu akan hal tersebut." ujar Ataya merundukkan kepalanya.
Karel menaruh bekal kuenya, lalu mengambil tangan Ataya untuk ia genggam. Cowok itu sebenarnya telah mengetahui apa yang telah terjadi oleh Ataya kemarin di sekolah, Alfino yang memberitahunya saat tiba di rumah. Hanya saja Karel ingin mendengar kejadiannya langsung dari mulut perempuan tersebut. Dia tidak ingin ada kekeliruan di antara dirinya.
Ataya mendonggakkan kepala sembari menerbitkan senyumannya. Karel menatapnya dalam. "Kalau lo ingin cerita, cerita aja. Ada gue, gue enggak maksa untuk lo cerita atau enggak." ujar Karel diakhiri tarikan senyuman merekah di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATAREL
RomansaNevertheless a.k.a ATAREL (UPDATE & REVISION) [ CERITA INI AKAN DIREVISI SETELAH TAMAT.] (15+) [on going] Pahitnya kepedihan, rasa sakit yang pernah ia alami di dalam lingkaran keluarga, sahabat, dan orang-orang sekitar, sudah ia rasakan berulang...