Perempuan itu menyiapkan makanan di meja makan untuk sarapan pagi sebelum berangkat sekolah. Di meja makan ini hanya ada dirinya dan adiknya, Leo yang harus bertahan melewati keadaan. Kayu meja itu masih bersinar dengan lapisan vernish yang melekat disana.
Perempuan itu menatap tirai jendela dapur yang ditutupi dengan kain gorden berbahan tile dengan sedikit muram, kain itu tampak sedang menari-nari karena tertiup angin dan menerpa wajahnya seolah memberi semangat kepada Ataya.
It's been a seven years ago mom, aku sudah melalui hidup tanpamu. Lihatlah Bu, meja makan ini kini sepi tanpamu. Dahulu kita sering duduk bersama saling menyantap makanan yang ibu buat sembari menuai secarik senyumam hangat disini. Batinnya masa lalu di kala itu, tak terasa senyuman tulus dan berusaha kuat itu tercetak disana.
Dia adalah Ataya Aurelina perempuan berambut sepundak dengan gaya rambut satu kunciran di kepalanya, ia gadis yang dipanggil dengan sebutan Ata dengan sejuta rahasianya. Setelah kejadian yang tidak mengenakkan menimpa dirinya dan Leo sekarang ia harus menginjakkan kakinya diatas rumah masa kecilnya dengan hanya bertiga saja. Erwin harus memenuhi kewajibannya sebagai ayah dengan bekerja yang terpaksa harus di luar negeri.
Kita pasti bisa.
Kalimat penyemangat itu, membuat Ataya sampai detik ini terus menjalani kehidupannya dengan bahagia dan memilih untuk berdamai.
Hidup dunia cuma sekali, teruslah berusaha dan mencari kedamaian.
Kalimat yang Ataya buat untuk membangun dirinya tetap kokoh dan semangat untuk menjalani hari.
•••••
Hari senin merupakan hari yang berat bagi Ataya ia harus menyiapkan segala kebutuhannya untuk mengawali hari dimulai dari menyiapkan seragam hingga memasak. Perempuan itu memarkirkan motornya di parkiran sekolah, tak lupa menaruh helmnya diatas jok motor dan berjalan menuju kelas XI IPA 3 di lantai dua dengan bersenandung kecil yang menjadi kelas ke duanya di sekolah ini. Tiba-tiba saat ia hampir sampai di lorong kelasnya seseorang memanggilnya dari belakang, sehingga membuatnya terkejut.
"Atayaa tunggu!" panggil seseorang di belakangnya, perempuan itu pun segera membalikkan badan kearah sumber suara.
Mengerti jika cewek dengan bando berwarna maroon itu sedang memanggil namanya. Siapa lagi jika bukan Naura, teman terdekatnya sejak kelas sepuluh berlari kearahnya.
"Halo Raa, ada apa kok lo sampai terenggah- enggah kaya gitu?" jawab Ataya dengan senyum lembutnya.
Dengan napas yang terenggah - enggah, Naura berkata. "Headnews tahu gak, sebentar lagi di kelas lo bakal ada siswa baru, girang banget gue udah lama sekolah kita enggak kedatangan murid baru," katanya dengan lompat - lompat gembira.
Ataya menganggukkan kepalanya paham, "Oo.. thanks ya Ra infonya," jawab Ataya senyum sembari melangkahkan kakinya yang tadi ia urungkan untuk menuju ke kelasnya.
Naura yang mendapati respon Ataya yang tidak sesuai keinginannya ia pun berbicara kembali, "Eh, asal lo tau Ta kalau dia itu pindahan dari-" belum selesai Naura melanjutkan perkataannya, Ataya sudah memasuki kelasnya yang sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
"Atayaa! Awas lo ya!" Teriak Naura yang didengar oleh Ataya membuat perempuan itu menahan tawanya.
Dengan santai, Ataya menuju ke kelasnya dan meninggalkan Naura yang masih berdiri mengangga melihat gerak-gerik sahabatnya yang nyaris seperti kulkas. Dengan terpaksa Naura harus meninggalkan kelas Ataya dengan menghembuskan napasnya pasrah dan menuju kelasnya yang berada di lantai dua, XI IPA 9.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATAREL
RomanceNevertheless a.k.a ATAREL (UPDATE & REVISION) [ CERITA INI AKAN DIREVISI SETELAH TAMAT.] (15+) [on going] Pahitnya kepedihan, rasa sakit yang pernah ia alami di dalam lingkaran keluarga, sahabat, dan orang-orang sekitar, sudah ia rasakan berulang...