Perempuan itu hanya bisa menatap Erwin di celah kaca pintu dengan air mata yang sudah tidak bisa ia tahan lagi. Leo yang ada di sampingnya hanya bisa menepuk pundak kakaknya pelan, berharap semua akan baik-baik saja.Semuanya seakan berlalu dengan cepat begitu saja, Pria paruh baya yang setara dengan Erwin berdiri di samping Ataya sembari menepuk pundak perempuan itu pelan seperti menyalurkan kekuatannya.
"Kamu yang sabar dulu, pasti Ayah kamu akan pulih kembali Nak." ujar Pria tersebut mencoba menenangkan.
Ataya menatap pria tersebut yang bernama Arya dengan mata yang sembab. "Terimakasih Pak sudah menghubungi saya dan Leo, jika tidak saya enggak tahu kondisi Ayah saya."
Arya menatap Ataya yang merunduk lesu, ia tidak akan pernah tahu sejauh mana perempuan itu melewati ini semua. Tangan kasar Ataya yang membuktikan bahwa dirinya sangat mencintai keluarganya.
"Pak, memang kenapa Ayah sampai bisa disini?" sedari tadi ia disini, perempuann itu belum mengetahui alasan Erwin terbaring disana.
Arya tersenyum hangat kearahnya, "Saya tidak bisa mengatakan lebih detailnya, tetapi Erwin telah lama mengidap penyakit ginjal. Lebih jelasnya Ataya tanya dokternya langsung saja ya Nak." ujarnya tak kuasa mengatakan hal tersebut.
Perempuan itu menatap lantai rumah sakit dengan perasaan yang seperti dihantam ribuan batu diatasnya. Selama inikah Ayahnya menyembunyikan hal ini kepadanya, ia seperti terjun di atas awan tanpa pengaman, semuanya seolah berhenti begitu saja, ingin rasanya ia menyudahi semuanya dan kembali hidup seperti remaja normal lainnya. Ada seseorang yang memberinya kekuatan dikala sendiri, namun Ataya harus bisa menahan beban sendiri tanpa orang lain.
Perempuan itu mengangguk, "Terimakasih Pak." ujarnya dengan mengusap air mata yang telah membasahi pipinya.
Pria tersebut mengerti kondisi Ataya saat ini. "Kalau ada apa-apa kalian bisa hubungi saya."
"Baik Pak, maaf merepotkan." ujar Leo kepada pria tersebut.
"Enggak usah khawatir, sekarang lebih baik Nak Leo dan Ataya saya antar pulang, kemudian istirahat besok kamu bisa kesini kembali." Ujar pria tersebut dengan tegas.
Perempuan itu mengangguk, kemudian menggandeng lengan Leo. Sebelumnya ia melihat kembali pada celah pintu kaca ruangan Ayahnya terbaring disana. Telapak tangan perempuan itu hanya bisa menyentuh pintu walau hatinya ingin sekali memegang tangan Erwin disana.
"Ayah kami pulang dulu, besok Ata kesini lagi ya." ujarnya lirih.
"Ayo Kak." ajak Leo kemudian untuk meninggalkan tempat tersebut.
Di sepanjang perjalanan pulang, lampu-lampu jalanan yang terang tidak cukup untuk menerangi harinya pada hari ini.
Perempuan itu melihat indahnya gemerlap cahaya, namun apa yang sebenarnya ia lihat tidak seindah dalam perasaannya. Lelah, tak ada yang berkesan dalam hidupnya, tetapi ia harus meraungi semua ini hanya untuk satu tujuan. Keluarganya harus utuh kembali.•••••
Ataya berjalan di lorong kelas dengan tumpukkan buku di dahapannya. Ujian akan di mulai beberapa menit lagi, perempuan itu masih berkutik dengan materi yang akan di ujiankan hari ini, jarang-jarang ia terburu-buru dikala ujian mendatang seperti ini, pasalnya ia tidak dapat membuka buku sama sekali pikirannya campur aduk akan hal kemarin.
"Atayaa!!!" teriak seseorang dari belakang yang jelas dan hafal jika suara tersebut adalah milik Naura.
Perempuan itu tidak menggubris sedikit pun, ia harus cepat pergi ke kelas dan belajar.
![](https://img.wattpad.com/cover/218425470-288-k274651.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ATAREL
RomanceNEVERTHELESS a.k.a ATAREL (UPDATE & REVISION) [ CERITA INI AKAN DIREVISI SETELAH TAMAT.] (15+) [on going] Pahitnya kepedihan, rasa sakit yang pernah ia alami di dalam lingkaran keluarga, sahabat, dan orang-orang sekitar, sudah ia rasakan berulang...