Pertandingan basket yang di nanti murid SMA Nusa Bhakti akhirnya dimulai. Semua siswa dan siswi berkumpul di lapangan indoor dengan membawa penyemangat masing-masing, namun tidak untuk Ataya, perempuan itu hanya duduk di pojok stadium dengan melamun entah apa yang sedang ia pikirkan.
"Taa.. Masa lo lihat Karel tanding disini sih, enggak kelihatan tau!" ucap Naura dengan duduk disisinya.
"Kelihatan kok, coba duduk."
"Mau dimulai nih." Anya merapikan duduknya dengan semangat.
Para pemain basket keluar dari sudut stadium menuju lapangan dengan semangat, tak luput para cheerleader mulai menari dengan gayanya yang dapat membuat para penonton ikut bersemangat.
Ataya melambaikan tangannya agar Karel dapat melihat kearahnya, cowok itu memiliki aura yang berbeda ketika sudah memakai baju basket. Namun dari arah yang Ataya lihat kali ini tidak sesuai apa yang ia inginkan, Bella menarik Karel hingga sangat dekat entah apa yang di katakan perempuan tersebut kemudian melingkarkan tangannya ke perut Karel yang di sambut dengan hangat. Mata Ataya meredup panas, bukan sekali dua kali dirinya telah merasakan rasa sesak karena hal yang sama.
Anya yang dapat merasakan apa yang sedang Ataya lihat ikut kesal. Ataya hanya merunduk mengenggam sebotol air putih yang tak ingin melihat kearah keduanya.
"Ini udah enggak bisa di biarin!" kesal Anya dengan berdiri membuat Ataya menoleh kearahnya dengan cepat, ternyata bukak hanya dirinya yang merasakan hal ini juga.
"Lo mau apa?" tanya Naura dengan mengangkat satu alis matanya melihat Anya yang hendak pergi ke lapangan dengan sebotol air yang sudah di tepuk-tepukkan di telapak tangannya.
Anya mendengus kesal. "Lo masa enggak lihat hah, temen kita sedih gara-gara si cabe enggak tahu diri itu!"
Dengan cepat Naura menoleh kearah yang di tunjuk oleh Anya dengan telunjuknya. Naura menoleh ke Ataya dengan tatapan yang menyakitkan, perempuan itu hanya membalasnya dengan gelengan kepala pelan.
"Lo cuma pelayan, enggak bakal bisa dapetin dia!"
"Mungkin dia cuma anggap lo simpanan aja!"
Kalimat yang sering di lontarkan oleh Kakak kelasnya itu terus terombang ambing di kepalanya, dirinya hanya orang biasa dengan pekerjaan paruh waktu yang harus ia selesaikan setiap hari.
"Aaduuh... enggak penting banget pertandingannya, bosen gue. Ayo Ta cabut gerah gue disini!" ajak Alfino dkk menarik tangan Ataya untuk pergi meninggalkan stadium.
"Eh mau kemana? Belum aja di mulai Al." sahutnya dengan lirih, perempuan itu tahu betul maksud Alfino namun disisi lain ia masih ingin melihat pertandingan tersebut.
"Ribet! Gue lapar, mau mi ayam nggak?" celetuk Alfino dengan memegang perutnya.
"Mi ayam depan sekolah juara banget, gas lah bro ya kali enggak!" timpal Aldi.
"Tapi gue masih mau lihat pertandingannya Al."
"Pertandingan enggak bikin kenyang!" ucap Devan tiba-tiba, yang membuat sekelompok temannya menoleh kearah cowok itu. Tidak biasanya ia menyeletuk seperti ini, perkataan yang singkat, padat dan jelas.
Ataya menatap raut Devan yang tampak datar dengan tanda tanya yang besar di kepala Ataya.
"Ayo Ta, emang lo enggak lapar?" tanya Naura, tanpa ba-bi-bu Alfino menarik pergelangan Ataya untuk keluar dari stadium.
•••••
"Wuuhh... Wenak poll, mas iwan tambah seporsi lagi!" ujar Alfino sembari mengelap bibirnya dengan tisu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATAREL
RomanceNevertheless a.k.a ATAREL (UPDATE & REVISION) [ CERITA INI AKAN DIREVISI SETELAH TAMAT.] (15+) [on going] Pahitnya kepedihan, rasa sakit yang pernah ia alami di dalam lingkaran keluarga, sahabat, dan orang-orang sekitar, sudah ia rasakan berulang...