27: "One by one." 🌛

649 44 2
                                    

Ciee.. Yang dapat notif Up !!
Selamat membaca ya,...

•••••

Kartu remi itu berserakkan di atas meja persegi panjang yang besar, tak lupa minuman softndrink yang bergelayutan di tangan mereka masing-masing. Galang yang sesekali menyesap rokoknya itu termenung memikirkan suatu hal.

"Gal lo yakin nggak ada yang aneh sama Bella?" tanya Marcus dengan sesekali menegak minumannya.

Sedangkan cowok yang ia ajak bicara hanya mengepulkan asap rokoknya, ia mendengar hanya saja tidak ingin menjawab perkataan Marcus.

"Gal jawab anjir!" desak Marcus diikuti teman-temannya.

Kemudian cowok itu menghela napasnya dan menaruh rokoknya diatas meja.

"Lo semua kenapa sih, gue yakin nggak ada yang aneh sama Bella, ada apa sama lo semua?" tanya Galang dengan nada suara tak suka jika menyangkut pautkan pacarnya itu. Pasalnya sejak tadi tidak ada topik pembicaraan lain dari teman-temannya selain mengenai Bella.

"Sorry.. Lo tau sendiri kan Gal, setiap kali kita kumpul kaya gini, dia jadi jarang banget bareng nemenin lo." sahut Danu.

"Lo semua nggak tau, jadi jangan urusin gue sama dia." ujar Galang menghela napas.

Marcus menepuk pundak Galang,
"Gal nggak ada yang tau sifat orang, dia bisa aja berubah-ubah." ujarnya meyakinkan.

Galang hanya menatapnya dengan raut yang sedikit geram.
"Kalaupun dia berubah, gue udah tau apa yang harus gue lakuin." semua temannya hanya dapat saling memandang mendengar jawaban tersebut.

•••••

Dilain sisi, tepatnya di sebuah kedai cafe tempat Ataya bekerja malam hari ini, saat ini kegiatan mereka adalah finishing bagi mereka yang bekerja disana. Menyiapkan kotak tisu, merapikan tempat duduk agar rapi dan nyaman, termasuk juga Ataya yang sedang menyapu lantai.

Jarang perempuan seperti dirinya melakukan pekerjaan paruh waktu seperti ini, jika tidak karena ia enggan untuk membebankan Ayahnya. Setelah kondisi cafe telah bersih dan kondusif perempuan itu berganti untuk membereskan tas selempangnya yang ia pakai untuk bergegas segera pulang. Waktu juga semakin gelap.

"Mbak susi Ataya pulang duluan ya, da!..." soraknya di ambang pintu tempat ia bekerja. Ataya keluar dengan tas selempang hitam kesayangannya, hari ini ia sangat gembira, ia mendapatkan upah tambahan dari bosnya karena pelanggan akhir-akhir ini tampak naik.

"Iya, nggak mau bareng aja pulangnya?"

Ataya menyengirkan wajahnya, "Ehm enggak usah mbak, gapapa kok."

"Yaudah kalau begitu, hati-hati." Kemudian ia menghidupkan mesin motornya, akhir ini ia akan membawa motornya hanya untuk pergi bekerja saja, untuk masalah sekolah ia bisa jalan kaki itung-itung juga hemat bensin pikirnya.

Pukul sepuluh lewat empat lima menit jalanan yang biasanya perempuan itu lewati terasa sangat sepi, hanya ada suara jangkrik-jangkrik yang sedang bernyanyi di tengah gelapnya malam ia sampai mengedikkan bahunya. Pepohonan  disekelilingnya tak lagi asri ketika Ataya melewatinya namun berubah menjadi mencekat, ia menepis pikiran horornya itu dan melajukan mesin motornya cukup cepat.

Namun hanya berlangsung beberapa detik saja tiba-tiba botol air minumnya yang ia tenggerkan di tengah mesin motornya itu jatuh menggelinding ke jalanan. Perempuan itu sontak mengerem mendadak. Ish pake acara jatuh pula nih botol, ngeselin banget gerutunya. Kemudian ia menepikan motornya dan mulai mencari botol minumnya.

ATARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang