38 : "Berbeda. " 🌛

173 12 0
                                    

Ruang bela diri yang sepi dan hening disinilah Ataya sedang duduk di bangku kosong dengan memikirkan apa yang telah di lihatnya barusan. Kembali pada perkataan Bella beberapa waktu yang lalu, benar jika dirinya hanya sebuah permainan yang di lakukan oleh cowok tersebut. Diam bersendiri adalah caranya untuk melupakan apa yang telah terjadi, perempuan tersebut masih tidak percaya jika sudah sejauh ini dirinya berada rasanya ia hanya sebagai pengikut di sebuah hubungan seseorang yang juga ada sesuatu baginya.

Ataya berjalan menuju loker penyimpanan barang-barang latihannya disana, perempuan itu mengambil hand wrap putih miliknya dan memakai baju latihannya. Mungkin ini adalah satu-satunya cara agar dapat melupakan kejadian yang menyesakkan tersebut.

Samsak yang ada di depannya menggantung sempurna, perempuan tersebut mengambil ancang-ancang dan melayangkan pukulannya dengan berkelanjutan, tidak ia sadari dari luar jendela, Karel sedang memperhatikan perempuan tersebut memukul samsak dengan sangat cepat.

Ataya menaruh kepalanya di depan samsak tersebut serta merunduk entah pikirannya saat ini tidak dapat di kendalikan. Karel dengan cepat ingin menyusul Ataya yang ada di dalam. Namun saat ia akan menyentuh handle pintu ia melihat Ataya yang akan keluar dari ruangan tersebut dengan cepat Karel mengurungkan niatnya dan meninggalkan ruangan tersebut.

Perempuan itu duduk di bangkunya tanpa melihat kearah cowok tersebut sedikit pun. Ataya hanya melamun serta memutar-mutarkan bolpoinnya saja sejak ia duduk di bangkunya untuk menyambut jam pelajaran serasa dirinya kehilangan moodnya.

"Ataya, sejak tadi saya lihat kamu melamun terus apa kamu tidak menghargai saya di depan?" ujar guru matematika tersebut. Namun perempuan tersebut hanya menatap apa yang ia lihat.

"Ta lo di panggil tuh!" ujar Alfino dengan menepuk bahu Ataya yang duduk di bangku sebelah kananya.

"Iya Bu?"

"Kamu dari tadi seperti mengabaikan saya, kalau perlu kamu saya beri soal dan jawab dengan cepat!"

"Maaf Bu untuk sebelumnya, baik saya akan kerjakan." ujarnya. Devan menatap mata Ataya dalam diam, cowok itu mencoba menelurusi bahwa perempuan itu dalam baik-baik saja.

Setelah guru tersebut memberinya sebuah soal di papan tulis, Ataya langsung mengerjakan sembari memahami maksud soal tersebut. Kali ini tidak seperti biasanya ia harus terus menerus memahami sampai menemukan maksud tersebut.

"Tulis ini!" ujar Karel lirih sembari melempar sebuah kertas diam-diam di atas meja Ataya. Namun Ataya hanya meliriknya tanpa ada niatan untuk mengambilnya. Tidak lama setelah itu Alfino juga memanggilnya serta memberinya kertas berisi jawaban.

"Dari Devan, cepat lo tulis!" Ataya menatap kertas tersebut dengan ragu.

"Tapi Al, gue takut..." lirihnya.

"Udah cepetan!" dengan cepat ia mengambil kertas tersebut dan mulai menuliskannya.

"Ataya apa kamu sudah selesai mengerjakannya?" ujar guru tersebut.

"Sudah Bu." dengan cekatan perempuan tersebut memberikan selembar jawabannya kepada guru tersebut.

Karel hanya menatap punggung Ataya dari jauh, dengan menghembuskan napasnya panjang.

•••••

Penghuni kelas Naura sudah banyak yang pulang, disinilah Ataya sedang berkumpul dengan kawan-kawannya setelah jam pulang sekolah berbunyi.

"Gue lihat dengan mata gue sendiri tahu!" ujar Anya dengan geregetan yang di sambut anggukkan oleh Naura.

"Iya gue tahu kok Ra. Tapi gue percaya dia enggak kaya gitu." jawab Ataya dengan mengikat rambutnya kebelakang dengan tali rambut di pergelangannya.

ATARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang