34 : "Rindu ?"🌛

660 51 2
                                    

•••••

Pertemuan dengan rekan kerja Ayahnya bukan menjadi hal yang terbaik bagi Karel, namun sebaliknya. Cowok itu tidak mengira jika terdapat sesuatu hal telah di rencanakan untuknya.

"Bagas, ini putri saya yang selama ini saya ceritakan kepadamu." ujar rekan kerja Bagas.

Karel menegakkan punggungnya, setelah mengetahui siapa yang datang kearahnya. Perempuan dengan balutan dress yang elegan serta make up yang sangat pas dengan wajahnya.

Karel benar-benar tidak menyangka jika anak rekan Ayahnya adalah seorang siswi yang juga sama bersekolah di tempatnya sekolah. Perempuan itu semakin mendekat menunjukkan senyumannya kearah Karel.

"Selamat malam, senang bertemu dengan Pak Bagas." ujar perempuan itu dengan suara lembut.

Bella meraih tangan Bagas dengan ramah, tepat setelah itu Karel membuang muka ketika Bella mengarahkan wajahnya kearah Karel. Cowok itu tidak pernah menyangka jika ia harus bertemu dengan Bella malam ini, dan pikirannya berputar kebelakang saat Bella mengatakan jika keduanya akan bertemu di suatu tempat.

Karel mendengus pelan, di dalam hatinya ia bergejolak, Apa yang sebenarnya akan lo lakuin Bel? Batinnya.

Tidak berselang lama setelah mengobrol tentang masa kecil mereka berdua, kini Bagas menyuruh keduanya untuk meluangkan waktu bersama. Tentu saja hal itu awalnya di tolak mentah dengan Karel, cowok itu tahu betul apa yang harus ia lakukan nantinya.

"Mungkin Nak Karel sedikit capek, kata Bella kamu jadi captain basket untuk pertandingan besok?" ujar rekan Bagas mencoba mengubah suasana.

"Iya pak." balas Karel seadanya.

"Pengalaman yang sangat bagus untuk anakmu Bagas, dia akan lebih mudah dalam mengerjakan bisnis ini." Karel meneguk air yang ada di dalam gelas di hadapannya. Mengapa ia sejauh ini batinnya, rencana telah di buat di belakangnya.

"Pa, ada apa ini?" bisik Karel pelan kepada Bagas.

Namun Bagas tidak menjawabnya, ia malah menyuruh Karel untuk diam dan bersikap tenang.

"Jadi apakah sudah setuju dengan jalan ini?" tanya Bagas dengan tegas.

"Tentu, dengan adanya putra kamu yang tegas seperti pembawaan Ayahnya saya yakin akan memegang kerja sama ini dengan lihai bersama putriku."  Karel mencoba mencerna baik-baik perkataan rekan kerja Ayahnya. Pikirannya dengan cepat berkesimpulan jika dia akan sering bersama dengan perempuan tersebut.

Ayahnya menampilkan senyuman harapan kepadanya. Mau tidak mau ia juga harus menyetujui kerja sama ini.

Bagas menepuk pundak Karel dengan tulus, pria itu tipikal orang yang tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Karel hanya menatap kedepan namun pikirannya sudah berlarian kemana-mana mengenai topik pembicaraan kali ini.

•••••

Di balkon kamarnya Karel memetik senar gitar accousticnya. Pikirannya masih campur aduk dengan kejadian semalam yang menyuruh dirinya untuk menerima persetujuan tersebut. Selepas sehari kemudian, dia juga belum menemui bahkan berbicara dengan Ataya setelah melihat keduanya berboncengan dengan Gavriel.

Tak lepas dari itu, setelah pertemuan tersebut  Bella berusaha menghubunginya namun tidak satu pun cowok itu angkat panggilan dari Bella.

Ponsel yang ia taruh di atas nakas beberapa kali berdering, mengaharuskannya untuk mengangkat siapa yang meneleponnya di malam hari ini.

ATARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang