13 : "Bazar time."🌛

806 67 6
                                    

seseorang tidak dapat memendam rasa kepedihannya terlalu lama.

Ataya.

••••

Naura menutup buku pelajarannya dengan malas, lantaran di otaknya hanya terdapat bagaimana sekarang nasib Ataya. Kemudian tangannya meraih benda pipih tersebut yang berada di samping buku-bukunya. Sejak setelah ia pergi ke kantin bersama Alfino, Devan dan lainnya, Ataya masih juga belum kembali ke sekolah bersama Karel, keresahan di hati mulai menghantuinya.

NauraSafr: Udah balik belum?

NauraSafr: Ataya dimana?

Lima belas menit tepatnya, masih juga belum ada balasan dari Karel. Naura menutup matanya sesaat, kemudian menghembuskan napasnya kasar.

•••••

"Karena gue khawatir sama lo."

Ataya yang semula memandang bunga-bunga di taman, kemudian tatapannya beralih untuk menatap Karel.

Karel membungkam mulutnya rapat-rapat setelah mebgatakannya, walaupun itu adalah hal benar yang dirasakan oleh Karel, bila ia memang khawatir, namun ini tidak tepat untuk menjawab seperti itu di kondisi saat ini.

Tatapannya masih tertuju pada Karel, tepatnya pada manik mata Karel. Ataya mencoba mencari sesuatu disana, antara kebohongan atau kebenaran, namun naas ia tak menemukan tanda-tanda kebohongan disana.
Tapi, Ataya tidak akan mempermasalahkan ucapan Karel tadi, lagi pula ia juga tidak menaruh perasaan apapun pada Karel. So what?

Bagi Ataya, seseorang mengatakan bahwa dia sedang khawatir adalah sudah hal biasa.
Melihat tingkah Karel yang masih menutupi mulutnya, Ataya mengerutkan keningnya. Aneh.

"Ngapain tutup mulut segala?" ujar Ataya dingin.

Karel melihat ke tangannya yang masih menutupi mulutnya, dengan cepat ia menjauhkannya dari mulut. Dan menggaruk tengkulnya yang tidak gatal, tiba-tiba suasana menjadi canggung di keduanya.

Kemudian Ataya berdiri dari tempat duduknya untuk sekedar mencari udara segar, agar dapat merilekskan pikirannya saat ini.

"Eh, lo mau kemana?" tanya Karel tiba-tiba melihat Ataya berjalan ke arah depan.

"Bukan urusan lo!" ujar Ataya tanpa membalikkan badannya.

"Jangan galak-galak napa sih Ta, pms ya lo." canda Karel yang diselingi tawa di akhir kalimatnya.

Ataya menoleh ke arah Karel yang masih tertawa puas sambil memegangi perutnya. Dengan langkah yang lebar-lebar, Ataya mendekatinya. Dan dengan satu kali pijakkan sepatunya di kaki Karel, membuatnya langsung berhenti tertawa.

"Akhh... Sakit!" teriak Karel memegangi kakinya yang terkena pijakkan dari Ataya.

"Lo bisa diam nggak sih, pergi sana kalau cuma mau ganggu gue disini." ujar Ataya datar.

"Iya-iya maaf, gimana kalau gue hibur lo." entah dari pikiran mana Karel dapat mengucapkan kalimat tersebut. Ataya masih diam tak bergeming tanpa menjawab pertanyaan Karel, ia tetap berjalan ke depan.

ATARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang