14 : "Hukuman."🌛

1.1K 59 2
                                    

   •••••

   Galang menatap dingin ke arah gelas yang berisi cairan berwarna merah kehitaman di depan mejanya. Suara dentuman musik remix memenuhi sela-sela ruangan tersebut membuat pikiran Galang kacau. Berkali-kali ia menghisap puntung rokok yang ia pegang untuk merilekskan pikirannya yang semakin kacau dan bimbang. Entah perasaan dan pikiran dari mana sampai membuatnya bimbang, di pikiran Galang hanya terlintas wajah mulus milik Ataya, saat gadis itu berani melawannya dengan tatapan mata khas miliknya, dan senyuman hangat yang terus tergiang-giang di pikiran Galang. Shit Galang mengumpati di dalam hatinya dengan melempar sembarang arah rokok yang ia pegang.

"Lo kenapa Gal?" tanya Danu, salah satu anak buah Galang.

   Galang tak merespon perkataan dari Danu, ia langsung beranjak dari tempat duduknya. Teman-temannya melihat heran, tak biasanya Galang seperti ini, ia bisa bertahan di tempat seperti ini sampai pagi, entah apa yang terjadi padanya sekarang.

"Gal, minuman lo belum lo habisin, mau kemana?" tanya Marcus dengan memainkan asap rokoknya yang melambai-lambai di dalam ruangan.

Galang menghembuskan napasnya panjang mendekati temannya yang kini sedang asyik, menari-nari di temani oleh musik remix.

"Gue cabut dulu." ucap Galang merampas kunci mobilnya yang tergeletak di atas meja kaca.

"Tumben, biasanya lo yang paling awet disini, ada masalah apaan Gal?" tanya Danu sembari menuangkan cairan berwarna merah pekat, dari botol kaca ke dalam gelasnya.

"Nggak ada, cabut dulu gue mau pulang."

"Eh Gal, kita belum selesai nih masa lo tinggal dulu sih, nggak seru." ujar Rafael menaruh gelasnya malas ke meja.

Galang memutar bola matanya malas, ia tahu jika dirinya pergi maka tidak ada yang membayari semua pesanan teman-temannya.
Galang meraih dompet kulit miliknya dari saku, dan mengambil delapan lembar uang berwarna merah tersebut, dan menaruhnya di atas meja kaca milik temannya.

"Nih, gue bayar semuanya." teman-teman Galang nyengir menunjukkan kegembiraan tapi tidak dengan Danu yang duduk di kursinya dengan satu kaki ia tumpukkan di pahanya, ia malah berusaha mencari sesuatu yang di sembunyikan oleh Galang.

"Hati-hati Gal, thanks." ucap teman-temannya mengacungkan jempolnya, yang kemudian di jitak oleh Danu masih penasaran terhadap Galang.

Setelah masuk ke dalam mobil sport hitamnya dan duduk di kursi pengemudi, Galang membanting setirnya cukup keras. Matanya menyoroti jalanan yang sudah sepi dari deruan kendaraan bermotor.

"Jangan sampai perasaan gue beralih sama lo Ta." ujarnya dengan amarah yang telah memuncak di dadanya.

"Cewek sialan!"

•••••

   Ataya membuka pintu kamarnya, dan menghidupkan lampu kemudian mendaratkan bokongnya di kursi belajarnya, untuk menyelesaikan tugas sekolah yang di berikan pada saat di kelas. Alih-alih matanya tertuju kepada ssbuag bingkisan berbentuk balok di tumpukkan bukunya, tangan Ataya beranjak untuk mengambil, entah kenapa terdapat perasaan bimbang di dalam hatinya untuk membukanya. Pasalnya, ia takut karena yang memberi bingkisan tersebut adalah kakak kelasnya, Galang saat di rooftop sekolah.

Flashback•

Ataya memandang ke arah pintu rooftop dengan lekat, seseorang menyuruhnya untuk datang kemari seorang diri.
Ataya mengerutkan keningnya was-was dengan dirinya saat ini, dan keluarlah dari arah pintu rooftop seseorang dengan membawa sekaleng minuman soft drink. Galang dan kawan-kawannya.

ATARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang