✦ Tersesat

7 4 0
                                    

Sudah seminggu aku lari dari keluargaku, berbekal hanya pakaian tidur dan alas kaki. Aku tak ingin pulang, tapi tak ingin berjalan tanpa arah juga. Benar, sekarang aku tengah tersesat, tak tahu telah berada di mana. Di sekitarku, hanya terdapat langit gelap akibat rindangnya pepohonan serta beberapa hewan-hewan hutan yang lewat.

Kepalaku kutolehkan, lagi-lagi mencoba mencari arah. Rasa lapar mulai menghampiri, sepertinya aku juga harus memanjat pohon untuk mendapatkan buah-buahan.

Gerutuan kecil aku lepaskan, berandai-andai sembari memanjat, mengapa mereka sangat histeris dan mencoba mengejarku layaknya tikus yang mencuri makanan? Aku anak mereka berdua, bukankah Ayah dan Ibuku sudah sangat gila hingga bertindak seperti itu? Aku bahkan tidak melakukan kesalahan apa pun.

Aku adalah korban, tapi mereka memperlakukanku layaknya penjahat.

Setelah mendapatkan buah apel yang merah ranum, aku segera menggigitnya. Namun, rasa laparku tidak terpuaskan juga.

Aku mengerang kecil bersamaan dengan sebuah panah yang melayang, lalu menusuk tepat di dada kiriku.

"Mati kau, monster!"

Suara Ayah? Barusan ... dia memanahku? Kurang ajar, setelah selama ini aku bersikap baik dan menuruti seluruh perintah pria tua itu. Ia bahkan tidak memberi makanan layak untukku. Dengan cepat, iris berwarna merah milikku bergulir ke arahnya, lalu menggigit ia layaknya seseorang yang tak minum selama berhari-hari.

Kejam, setelah berganti identitas, aku baru sadar kalau manusia adalah makhluk yang lebih busuk dari apa pun. Dan kedua orangtuaku bukanlah pengecualian di antaranya.

PutaveruntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang