✧ Wisteria

10 6 0
                                    

"Hei, apa kau pernah dengar soal Wisteria?"

"Belum pernah tuh, memangnya kenapa?"

"Kau ini, kudet apa gimana sih! Itu lho, sosok yang muncul sambil membawa bunga yang katanya berasal dari Wisteria. Kalau ia membawanya padamu, tunggu saja ajalmu tidak lama lagi!"

"Ih, apa itu. Kok seram."

"Nah kan, seram! Siapa sih sosok itu―penasaran."

Lagi-lagi teman-temanku bergosip mengenai sesuatu yang bahkan kebenarannya saja masih di ragukan. Kepalaku menggeleng, pasrah mendengar ocehan mereka.

Tanganku menopang daguku, memperhatikan seisi kelas. Gosip tentang Wisteria itu mulai menyebar. Pertama berawal dari sebuah kota kemudian berubah menjadi bunga kematian.

Hm, ada-ada saja mereka. Yang begituan mana ada.

"Ryou, bisakah kau kesini sebentar?" tanya seorang guru yang baru saja masuk.

Tanpa basa-basi, aku berjalan menuju arah sang pemanggil. "Ada apa, sensei?"

Guru itu tersenyum bersalah sembari menangkupkan kedua tangannya, mencoba meminta maaf pada hal yang belum ia katakan.

"Jadi begini, sensei mau ke tempat ini. Tapi lagi tidak bisa... bisakah kau pergi kesana untuk mengambilkan barangku? Kira-kira itu paket yang besarnya sedang."

Oh, pantas saja.

"Ya, tidak apa sensei. Nanti aku akan pergi kesana segera." Tanganku menerima alamat yang ditulis oleh guruku. Tentu saja dengan menuliskan alamat ini pada google map, maka akan menunjukkan arahnya.

Aku pun memasukkan alamatnya di handphone-ku, dan refleks sudut alisku terangkat, mengernyit bingung.

"Kenapa paket sensei ada di kota mati yang tidak pernah kehilangan bunganya?" gumamku.

PutaveruntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang