[Kue Pie]
Menjadikan manusia lain sebagai bahan makanan untuk diri sendiri sudah sangat mainstream di kalangan para kanibal. Karena itu, aku hanya bisa menghela napas ketika mendengar temanku yang asik berbicara di seberang telephone sana. Sudah menjadi kebiasaannya untuk mendiskusikan mengenai cerita seram atau horror kepadaku.
Sementara sebagai pendengar dan teman yang baik, aku hanya bisa membalas ocehan tersebut dengan kekehan kecil. Lantas, tanganku memindahkan panci yang berisi sup daging. Kemudian, menyajikannya pada adik sepupuku yang telah kehilangan kakinya dua hari lalu.
Anak laki-laki itu asik bermain di halaman belakang meskipun aku sudah melarangnya. Alhasil, kakinya terkena kapak yang tak sengaja terjatuh dari rak gudang. Jika kau berpikir bahwa kaki kirinya terbelah dua, maka kau benar. Bagian lutut ke bawah terpotong, membuat ia harus segera dirawat olehku.
Tenang saja, ia tidak kehilangan banyak darah dan aku mampu menanganinya dengan baik. Meskipun ia kehilangan kemampuan untuk berjalan normal.
"Brother, aku tidak mau makan sup daging. Baunya tidak enak! Aku mau pie!" keluhnya.
Aku mendesah pelan, cukup lelah dengan tingkahnya. Namun, sebuah ide segera menghampiri ketika mengingat bahwa masih tersisa beberapa daging di kulkas yang kusetor dua hari lalu. Senyum lebar aku sunggingkan seraya bersiap untuk memutuskan sambungan, "Ah, sambungan telephone-nya aku matikan dulu, ya. Kita akan berdiskusi mengenai itu di lain hari karena adik sepupuku merengek minta kue pie."
'Oke, ingat. Kau janji, ya!'
Setelah sambungannya putus, bibirku kembali membuka, "Baik, Brother akan membuatkanmu pie daging secara cuma-cuma hanya untuk hari ini."
.
.
#fragmentsprompt
KAMU SEDANG MEMBACA
Putaverunt
Short Story"Putaverunt, yang artinya pikiran. Di mana buku ini hanya berisi cerita pendek yang berasal dari pikiranku." Goresan pena penuh kegelapan mulai menghantuiku. Tak ingin sia-sia, segera kutuai dalam sebuah kertas putih bersih, membagikannya ke pada si...