✧ Online Friend

10 8 0
                                    

Temanku kembali mengirim chat pada diriku. Bertanya akan keadaanku yang menurutku baik-baik saja. Dirinya saja yang terlalu khawatir, haha, padahal tidak pernah bertemu muka tetapi rasa pedulinya lebih tinggi dari orang-orang sekitarku.

Barusan tadi, ia bertanya lagi, dimanakah aku saat ini?

Dan aku menjawab, aku di rumah, di kamar, seperti biasa tak melakukan apapun.

Tiap jam―ah bukan.

Tiap menit dia selalu bertanya, mengajakku untuk berbincang ria lewat aplikasi chat yang memang sudah menjadi asupan sehari-hari bagi orang-orang.

Di satu sisi, aku senang akan kehadirannya. Kehadirannya yang selalu peduli pada diriku. Tak seperti orang-orang di rumah yang sikapnya terlalu mengesalkan.

Para manusia yang sok maha benar, begitulah orang-orang di rumahku.

Namun di satu sisi yang lain, aku merasa bahwa ini adalah palsu. Ia seperti tidak nyata karena sesuatu yang bernama jarak memisahkan kami.

Aku ingin bertemu dengannya, tapi aku juga takut kalau misalnya dirinya tidak sesuai dengan apa yang selama ini aku lihat.

Bisa saja bukan kalau dirinya hanya memainkan peran di chat tersebut, roleplay misalnya? Hm, sepertinya aku berlebihan yah.

Dan, keinginanku terpenuhi bahwa aku akan bertemu dengannya. Haha.

Ia memberiku uang dan berkata kemarilah, bertamu dirumahnya karena dirinya tidak bisa keluar kemana-mana.

Tentu saja, setelah mendapat chat dan uang seperti itu aku segera bersiap-siap, bergegas akan ke rumahnya. Persetan dengan sekolah dan orang-orang di rumahku.

Aku ingin memastikan bahwa dirinya benar-benar teman yang kulihat selama ini.

Dan yah, siapa tau...

Bahwa temanku di seberang sana tersenyum menyeringai karena aku memutuskan untuk datang?

PutaveruntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang