✧ Dream

9 8 0
                                    

Gadis itu mendelik kesal, menghentakkan tangannya dengan kasar ketika ditahan secara paksa. Sedangkan lelaki yang mencengkram tangannya itu menatapnya dengan tatapan memelas.

"Sudah kubilang jangan ikuti aku lagi di mimpi ini! Lagian, kalau aku bangun juga nantinya kau hilang 'kan." Gadis itu mengerutu.

Ya, ia mengalami lucid dream. Mimpi dimana ia bisa mengendalikan semuanya. Hanya saja satu yang tidak bisa ia kendalikan, yaitu sosok di hadapannya ini. Lelaki yang terus saja datang dan mengajaknya untuk pergi bersama entah kemana.

Lelaki itu menghela nafas. "Aku mengikutimu karena aku khawatir padamu, bodoh. Dan juga, kalau kau bangun apa semuanya akan baik-baik saja? Kau tidak akan dikatakan anak tidak berguna atau dihardik kasar, huh?"

Gadis itu terdiam, menunduk. Lantas menautkan alisnya. "Lalu apa yang harus kulakukan?"

"Kenapa kau tidak ikut saja denganku? Akan kubawa kau ke tempat dimana tidak bisa merasakan penderitaan itu lagi."

Pria itu tersenyum hangat, mengulurkan tangannya. Sesaat, gadis itu merasakan sesuatu yang hangat dalam hatinya. Ia pun mengembungkan pipinya, sedikit sungkan untuk mengakui bahwa ia merasa senang.

Ia menerima uluran tangan itu, wajahnya dipalingkan karena berusaha menyembunyikan rona merah yang menjalar.

"Benar lho, yah? Kau membawaku ke tempat yang baik. Hah, padahal ini hanya mimpi."

"Tentu saja!"

Pria itu menarik dirinya sembari tersenyum lebar. Dalam hatinya, ia menyeringai senang. Gadis itu tak menyadari bahwa diluar sana ada seseorang yang tengah berusaha membangunkannya namun... ia tidak bisa bangun sama sekali.

Toh, dia sudah bahagia di dunia mimpi ini.

PutaveruntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang