✧ Face

10 8 0
                                        

Sosok di sampingku tersenyum senang, ia berceloteh ria mengenai hal apa yang menimpanya hari ini.

Sedangkan aku, diam sembari mengulas senyum tipis, memperhatikan dengan seksama apa yang dibahasnya. Sesekali menanggapi dengan komentar yang membuat hatinya tambah berbunga-bunga.

"Sungguh senang bisa mengakrabkan diri denganmu! Terimakasih karena sudah menerima undangan pernikahanku. Datang, yah!"

Ia berujar dengan semangat lalu pergi meninggalkanku sendiri di toko bunga ini.

Aku hanya menggelengkan kepalaku melihat tingkahnya yang kekanakan seraya memasukkan undangan tersebut ke dalam tasku.

Belum sempat aku mengedipkan mata, sosok lain datang, auranya tak bersahabat. Pandangannya menggelap, geraman dari mulutnya dapat terdengar jelas di telinga.

Alisku tertaut, tatapan remeh seketika menggantikan.

"Ada apa dengan wajah itu, huh?" tanyaku.

Ia mendecih, lalu menatap punggung seseorang agak jauh dari toko, yang baru saja menjadi lawan bicaraku.

"Dia bicara soal apa? Mengenai pernikahannya?"

Raut sedih berganti, mengambil alih wajahku. "Benar lho, tadi dia mengatakan betapa bahagianya dia yang akan menempuh hidup baru."

Kepalan tangan, emosi yang meletup-letup terlihat jelas dari dirinya. Hehe, aku suka raut yang seperti ini dan tanpa ia sadari, bibirku melengkung, membentuk sebuah seringaian kecil.

Well well, wajah apa lagi yang harus kupakai agar drama ini semakin menarik? Fufu~

PutaveruntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang