Ah ... Aku ingin mati. Sudah berkali-kali aku mencoba untuk bunuh diri namun sama saja, selalu ada yang menghalangiku untuk pergi ke alam sana.
Aku bingung, buat apa aku berada di dunia ini jika tidak memiliki tujuan hidup? Dan seketika aku tersadar bahwa tujuan hidupku hanyalah untuk membahagiakan orang lain―dan bukan diriku sendiri.
Hidupku hanya dipenuhi oleh kesengsaraan. Kebahagiaan? Ia hanya singgah sementara, tak berlama-lama. Sebaliknya, kesengsaraan, keputusasaan, beban, semuanya tak ingin melepas diriku. Seakan ingin selamanya berada dan tinggal di dalam diriku.
Sekarang, keputusasaan telah memenuhi diriku. Tanganku berpegangan pada besi pagar sekolah. Mencoba untuk mengakhiri hidup.
Disaat aku sadar, sebelum aku mengakhirinya sendiri――
Puk!
"Bodoh, aku yang lebih ingin mati daripada dirimu kak," ujarnya sambil tersenyum lalu jatuh dari lantai empat ini.
Ah, adikku yang manis. Bagus sekali tindakanmu, sekarang aku tak perlu berusaha untuk membahagiakanmu dan hanya perlu untuk melakukan apa yang membuatku bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putaverunt
Historia Corta"Putaverunt, yang artinya pikiran. Di mana buku ini hanya berisi cerita pendek yang berasal dari pikiranku." Goresan pena penuh kegelapan mulai menghantuiku. Tak ingin sia-sia, segera kutuai dalam sebuah kertas putih bersih, membagikannya ke pada si...
