✦ Suara Penghibur

9 5 0
                                    

Semenjak aku pindah ke apartemen yang terletak di bagian utara kota, aku merasa tidak kesepian lagi. Meskipun suasananya sepi, tapi kamar sebelah selalu saja ramai dengan berbagai percakapannya saat malam. Benar, biayanya yang cukup murah membuat dinding kamar menjadi tidak kedap suara.

Hal itu tidak masalah bagiku. Sejujurnya, aku menyukai kesepian. Tapi, aku juga butuh sesuatu yang menghibur dan tetanggaku adalah salah satu solusi terbaik.

Mereka tidak pernah menampakkan diri, namun tetap berusaha memberikan tanda bahwa mereka hadir. Walaupun, tanda-tanda tersebut mereka lalukan saat tengah malam. Di mana, waktu orang-orang untuk beristirahat.

Suatu hari, aku ternyata kebanyakan membuat kue. Helaan napas pun ke luar dari mulutku, menggerutuki kecerobohanku dalam membeli bahan-bahan masak. Kakiku pun melangkah ke luar, berniat untuk membagikan kelebihan ini di kamar sebelah. Belum sempat aku mengetok, tanganku dihentikan oleh penghuni di lantai atas.

"Jangan sapa mereka. Diam saja," tegurnya dengan tatapan serius.

"Eh? Tapi, kan ..."

Ia melepaskan cengkramannya, mendelik ke arahku dengan penuh kedinginan. Lantas, ia kembali mengangkat suara, "Keluarga di kamar itu telah tiada. Jangan pernah menegurnya, apalagi mau bergabung bersama mereka."

Bersamaan setelah ia menyelesaikan perkataan itu, suara dan napasku tercekat. Mendapati nyala berwarna merah dari balik lensa pintunya.

PutaveruntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang