Selama tiga hari ini, aku mengurung diri.
Rasa cemas menghampiriku. Aku tak ingin berbicara dengan orang-orang. Tentu saja, bagaimana bisa aku membukakan pintu kepada mereka yang tengah mengerang layaknya mayat hidup?
Atau memang mereka telah berubah menjadi mayat hidup? Masa bodoh. Pokoknya, tak bisa ada yang bersamaku di kontrakan ini bahkan anggota keluargaku sendiri.
Suara pintu berderit terdengar di telingaku, membuatku menoleh. Mendapati sosok gadis kecil dengan wajah pucat yang tengah tersenyum, tak lain adalah adikku. Irisku melotot, dari mana ia masuk? Semua jalur telah kututup.
Bibir keringnya membuka, melontarkan pertanyaan, "Kak, kenapa kau mengunci kami di dalam sana?"
"Bagaimana bisa kau keluar dari sana?!"
"Tentu saja, aku ..."
Ia menggantungkan kata-katanya, membuatku was-was dengan tindakan selanjutnya. Iris bulat yang hitam sempurna itu berubah menjadi merah, lantas ia mengulas senyum lebar dan mendekat ke arahku.
"... Berevolusi. Bukankah kami sudah sama seperti manusia, yang juga makhluk hidup?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Putaverunt
Historia Corta"Putaverunt, yang artinya pikiran. Di mana buku ini hanya berisi cerita pendek yang berasal dari pikiranku." Goresan pena penuh kegelapan mulai menghantuiku. Tak ingin sia-sia, segera kutuai dalam sebuah kertas putih bersih, membagikannya ke pada si...