Chapter 8

273 7 1
                                    

Tsubasa akhirnya bisa pulang dari rumah sakit setelah dinyatakan sembuh oleh dokter. Ia sekarang dalam perjalanan menuju Jepang. Sekarang Tsubasa berganti penampilan dengan rambut surai kuning madu khas Tsunade.
"Siapa ya lawan kita di Semifinal nanti?", tanya Tsubasa.
"Lawan kita adalah Cerezo Osaka. Pemenang AFC Champions League", kata Havertz.
"Wow, aku tak menyangka kalau lawan kita yang pertama adalah klub Jepang. Mana mainnya juga di tanah mereka sendiri lagi".
"Apa mau dikata Tsubasa? Hadapi sajalah... ini sudah nasib. Paling tidak, positifnya kau dapat bertemu dengan adikmu".

Havertz lalu menoleh ke Tsubasa dan meneliti penampilannya sejenak. "Kau mengecat rambutmu? Sejak kapan?".
"Iya. Kaa-san ku mengecat rambutku dengan cat rambut warna kuning madu seperti warna surai miliknya pada beberapa hari terakhir aku dirawat di Rumah Sakit London. Ditambah lagi, ia juga membelikanku lensa kontak warna biru muda. Bagaimana, apakah menurutmu aku semakin tampan?", tanya Tsubasa.
"Kau sudah mirip seperti seorang bule, apalagi dengan mata birumu itu".
"Namun berhati - hatilah dengan mata birumu itu, karena aku yakin nantinya akan banyak gadis jatuh hati padamu saat mereka menatapnya", kata Kante terkikik.
"Anda ada - ada saja, Monsieur Kante", kata Tsubasa sweatdrop.

Jepang

"Haaah Semifinal Piala Dunia Antarklub akan segera tiba", ujar Misaki. "Kira - kira siapa saja ya pesertanya?".
"Setahuku pesertanya adalah Chelsea, Cerezo Osaka, Al Ahly, dan Palmeiras", jawab Roberto.
"Chelsea tentunya berhak ikut serta karena mereka merupakan juara UEFA Champions League tahun lalu, tetapi kalau mereka berpartisipasi itu artinya...". Izawa menaikkan alisnya dan menunjukkan ekspresi riang. "Itu artinya peluang kita untuk menginterogasi Tsubasa semakin dekat dan semakin besar".
"Kau benar, Izawa. Peluang kita semakin besar untuk dapat bertemu dengan Tsubasa. Mungkin saat kita berjumpa dengannya nanti, kita akan bawa dia ke suatu tempat lalu mengikatnya di sebuah kursi", ujar Ishizaki.
"Idemu terlalu berlebihan, Ishizaki", batin Izawa sweatdrop.
"Kurasa itu terlalu berlebihan. Sebenarnya mengintrogasi Tsubasa di lorong stadion setelah pertandingan itu sudah cukup. Biar aku, Izawa, dan Roberto-san saja yang mengintrogasinya", ujar Misaki.
"Misaki benar, karena apa yang kami bicarakan nanti dengannya ini adalah topik yang bersifat pribadi. Jadi, bagi yang tidak berkepentingan sebaiknya tonton saja pertandingannya hingga selesai dan jangan bergerak dari kursi kalian sampai kami bertiga datang", kata Roberto.
"Ha'i", jawab seluruh skuad Nankatsu dengan nada kompak dan tegas.

"Tsubasa tentunya bermain di Premier League. Namun Roberto-san, seperti apa permainan para tim di Premier League itu?", tanya Misaki.
"Permainan sepak bola Inggris terkenal menggunakan gaya main bernama "Kick and Rush". Kick and Rush adalah sebuah gaya permainan di mana suatu klub mengalirkan bola secepat - cepatnya ke daerah pertahanan lawan dan berharap terjadi kemelut yang berujung gol", ujar Roberto. "Gaya main ini mengutamakan fisik yang prima, stamina yang kuat, dan skill yang mumpuni. Karena tak jarang para pemain lawan bermain dengan gaya main yang keras".
"Pantas saja liga mereka disebut yang terbaik di dunia".
"Lalu bagaimana dengan peluang orang Asia khususnya Jepang bermain disana, Roberto-san?", tanya Ishizaki.
"Premier League termasuk liga dengan aturan yang begitu ketat.  Syarat bagi pemain Asia agar bisa bermain di Premier League adalah, negara asalnya harus berada di peringkat 100 besar FIFA dan sudah berkarir setidaknya 3 tahun di klub - klub Eropa di luar Inggris".
"Haaah, aku kira para pemain Jepang bisa langsung bermain di Premier League. Tahu - tahu harus berkarir di luar klub liga Inggris dulu".

"Syarat yang cukup menantang, tetapi tidak masalah. Semoga saja setelah ini aku bisa bermain kembali di Prancis agar peluangku masuk ke Premier League semakin besar", ujar Misaki.
"Semangat yang bagus karena itu artinya secara tidak langsung kau ingin menyusul Tsubasa. Namun kalau misalkan impianmu bermain di EPL sudah terwujud, kau ingin bermain sebagai apa untuk Tsubasa?", tanya Roberto.
"Aku belum tahu, sebisa mungkin aku ingin menjadi rekannya. Namun kalau pada akhirnya aku ditakdirkan untuk menjadi lawannya, aku pun tidak masalah. Lihat saja bagaimana ke depannya".
"Sekali lagi semangat yang bagus, Misaki. Aku yakin dengan skill yang kau miliki, kau bisa menyusul Tsubasa bermain di Premier League asal kau terus mengasah skillmu". Misaki hanya mengangguk mengiyakan.

Tsubasa of The BluesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang