Chapter 41

123 1 0
                                    

"Haaah... sebenarnya aku ingin sekali main bersama Tsubasa. Namun apa daya? Aku malah satu tim dengan Tomiyasu-san di Arsenal", kata Misaki.
Ichiro menoleh ke Misaki lalu mengelus surai hitamnya. "Tidak apa - apa, Misaki. Mulai saja dulu dari Arsenal, nanti kalau kau main bagus maka kau bisa satu tim dengan Tsubasa. Tou-san benar - benar tak menyangka bahwa galeri seni di London membutuhkan jasa Tou-san sehingga kau juga dapat berkarier di EPL"
"Aku pun juga tidak menyangka bahwa akhirnya aku benar - benar memenuhi impianku bermain menyusul Tsubasa ke Inggris". Misaki lalu tertawa sambil tersenyum simpul.
"Attention please, passengers of British Airways on flight number BAW-250... leaving for... Heathrow International Airport, London, please board the aircraft through gate 5. Thank you", kata Announcer.
"Saa... ikuzo, Misaki", kata Ichiro.
Misaki mengangguk lalu mulai berjalan bersama ayahnya untuk menuju pesawat mereka dan akhirnya memasukinya.

Misaki dan ayahnya kemudian duduk di kursi pesawat.
"Sepertinya Derby London akan semakin seru. Tapi pemain Chelsea yang harus kau waspadai tidak hanya Tsubasa saja", kata Ichiro.
"Memangnya siapa lagi yang harus kuwaspadai jika sampai Arsenal bertemu dengan Chelsea, Tou-san?", tanya Misaki.
"Mengingat posisimu itu adalah gelandang serang, maka yang wajib kau waspadai adalah Herr Antonio Rudiger dan Monsieur Edouard Mendy. Herr Rudiger karena ia memiliki postur jangkung dan juga kemampuan defensif yang baik. Sedangkan untuk Monsieur Mendy? Karena dia merupakan kiper Chelsea yang sangat tangguh, sehingga kau harus cari cara untuk melewatinya".
"Hanya dua, tetapi keduanya benar - benar hebat. Yaaah... aku rasa sesampainya aku di Emirates Stadium nanti aku harus berlatih lebih keras lagi dibawah bimbingan Pelatih Arteta. Selain itu juga menyiapkan apa yang kusebut sebagai "kepribadian khusus satu hari"".
"Maksudmu?". "Aku akan bersifat di luar karakterku yang biasanya hangat dan ramah jikalau Arsenal bertemu dengan Chelsea nanti. Aku hanya ingin mengetes Tsubasa saja".
"Ya sudah tidak apa - apa, Tou-san setuju setuju saja jika kau melakukannya...". Pesawat yang ditumpangi oleh Ichiro dan Misaki pun kemudian mulai bergerak dan melakukan proses taxi, sebelum akhirnya tinggal landas menuju Bandara Heathrow, London, Inggris.

London, Inggris

"Inikah kota London, Mr. Moore? Indah sekali", kata Daichi.
"Memang. Meskipun kota ini dijuluki sebagai "Smoke City", tetapi nyatanya julukan itu benar - benar tidak terpatri secara praktis di kota ini", kata Moore. "Kau tahu Daichi, disini terdapat cukup banyak tempat wisata. Yang terkenal adalah menara jam Big Ben di Westminster Abbey... London Eye... Istana Buckingham... dan bila kau penyuka sepak bola maka kau bisa mengunjungi stadion nasional negara ini yaitu Stadion Wembley".
"Sebenarnya aku hanya ingin mengunjungi tempat ibunya Tsubasa Nii-san di sini, saat itu Nii-san sudah kukunjungi secara langsung... sekarang giliran orang tuanya".
"Kenapa tidak beserta ayahnya juga hm?". "Kalau ayahnya itu cocok untuk dikerjain saja, Mr. Moore. Habisnya, dia terus menggarap Icha - Icha Tactics itu. Berani sekali dia ingin membuat Tsubasa Nii-san jadi pria mesum".
"Setahuku ibunya kakakmu bekerja di Rumah Sakit London, apa kau mau ke sana?". Daichi menoleh dan lalu mengangguk pada Moore.
"Kunjungilah nak. Tidak apa - apa...".
"Yeaaaay, terima kasih Mr. Moore".

Moore dan Daichi sampai di Rumah Sakit London. Di sana, Tsunade sedang sibuk di kantornya.
"Haaah pekerjaan ini memusingkanku", gumam Tsunade.
"Tsunade Kaa-san...", panggil Daichi dengan suara anak kecil.
"Hm? Siapa yang memanggilku?", gumam Tsunade sambil melihat ke sekitarnya. "Setahuku Tsubasa tidak semenggemaskan ini suaranya...".
"Terima kasih sudah menjaga Tsubasa Nii-san selama ini ya...".
"Nii-san? Apa jangan - jangan...". Tsunade berpikir keras untuk mengetahui siapa yang memanggil putra semata wayangnya dengan sebutan Nii-san. "Daichi!?".
"Itu benar, Tsunade Kaa-san... hihihi". Daichi lalu menampakkan dirinya.
"Kenapa kau datang ke sini, Daichi?", tanya Tsunade.
"Yah, hanya sekedar untuk mengunjungi Tsunade Kaa-san saja. Selain itu, karena aku sudah mengunjungi Tsubasa Nii-san juga", kata Daichi sembari lalu tersenyum cengir.
"Kau ini Daichi, Kaa-san sebenarnya sedang bekerja loh. Kau membuat Kaa-san terkejut saja...".

Tsubasa of The BluesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang