Rumah Sakit London
"Haaaah... lagi - lagi harus bertemu dengan ruangan dan alat infus membosankan ini. Andai saja aku tahu Herr Virgil akan melakukan itu padaku", gumam Tsubasa. Tsubasa tiba - tiba saja mual lalu muntah - muntah.
HOEEEEK!
"Oooooh...". Tsubasa menyeka sisa darah di mulutnya.
TOK! TOK! TOK!
"Selamat pagi, Tsubasa". Tsunade menyapa sambil membawakan nampan berisi menu sarapan pagi Tsubasa.
"Kaa-san...". Tsunade lalu duduk di samping ranjang Tsubasa sambil masih memegang nampak berisi sarapan pagi bagi putranya.
"Bagaimana keadaan rusukmu nak?".
"Masih sakit, Kaa-san. Dan aku pun masih sering muntah darah...". Tsunade hanya dapat memaklumi lewat senyum sumringah.
"Namun sakit bukan berarti kau tidak makan, kau harus makan Tsubasa".
Tsubasa menggeleng. 'Tidak Kaa-san. Apa pun yang kumakan nanti akan keluar bersama darah".
"Makan, atau kau tidak Kaa-san bolehkan untuk istirahat".
"Baiklah...", kata Tsubasa dengan nada pasrah lalu membiarkan ibunya menaruh sarapan di sebuah meja kecil khusus dan akhirnya makan sambil disuapi ibunya."Rupanya kau menikmati waktu dengan ibumu. Bukankah begitu, Tsubasa?", tanya seseorang aka Dennis.
"Mr. Dennis...", sapa Tsubasa lemas. Dennis lalu duduk di samping ranjang Tsubasa.
"Bagaimana keadaan rusukmu nak?".
"Masih sakit. Mana aku juga jadi sering muntah darah dua hari ini gara - gara tendangan Herr Virgil ke rusukku. Menjengkelkan sekali".
"Ambil saja sisi positifnya Tsubasa, paling tidak kariermu sebagai pesepakbola pro belum berakhir karena cedera ini".
'Iya juga sih"."Haaah aku rasa Herr Virgil cocok disebut "Pepe Cabang Liga Inggris"", gumam Dennis.
"Aku rasa itu cocok sekali, Mr. Dennis", kata Tsubasa.CKLEK!
"Yo. Tsubasa". Naruto menyapa dengan senyum cengirnya.
Tsubasa tertawa simpul lalu berkata. "Hai juga, Mr. Naruto". Tsubasa lalu melirik ke pintu masuk dan melihat seorang gadis remaja bersurai ungu dan bermata lavender.
"Mr. Naruto, apakah itu kekasihmu?".
'Oooh, iya. Namanya Hinata-chan dan kami kemarin resmi berpacaran. Khusus untukmu panggil dia Ms. Hinata oke?", kata Naruto.
"Tentu saja. Hai Ms. Hinata".
"Hai juga, Tsubasa". Hinata menyapa lalu menyunggingkan senyum manisnya dan kemudian mendekati sisi ranjang Tsubasa. "Kenapa kau bisa sampai masuk rumah sakit lagi hm?".
"Hanya insiden kecil di pertandingan kontra Liverpool pada semifinal Piala FA, Ms. Hinata. Herr Virgil menendang rusukku setelah aku mencetak gol pertama. Rusuk kananku jadi memar dan dua hari ini pun aku jadi sering muntah darah".
"Yang kuat ya, Tsubasa. Ms yakin kau dapat melewatinya. Nanti Ms juga akan membelikanmu obat tambah darah oke?", kata Hinata sembari mengelus surai hitam Tsubasa.
"Sebenarnya anda tidak perlu merepotkan diri. Namun terima kasih, Ms. Hinata".
"Sama - sama Tsubasa".
"Awas saja kau Herr Virgil kalau aku sampai menemukanmu...", gumam Misaki marah.
"Tenanglah Misaki, ada apa denganmu?", tanya Izawa.
Misaki dengan masih menahan kemarahan. "Bukan apa - apa, kemarin aku baru saja menonton semifinal Piala FA antara Chelsea vs Liverpool dan aku melihat rusuk kanan Tsubasa ditendang oleh Herr Virgil. Hanya karena gawang timnya bobol lalu tidak terima dan langsung main menendang rusuk orang. Ia kira itu laga tarkam apa!?".
"Misaki sudahlah. Aku yakin Tsubasa tidak akan kenapa - kenapa, paling hanya dirawat di rumah sakit selama seminggu atau dua dan nantinya dia akan segera pulih".
KAMU SEDANG MEMBACA
Tsubasa of The Blues
FanfictionTsubasa Ozora adalah anak yang diabaikan oleh keluarganya. Kedua orang tuanya lebih memperhatikan adiknya, Daichi Ozora. Ketika ia berusia 8 tahun, Tsubasa kabur dari rumah dan ditemukan oleh pasangan Jiraiya dan Tsunade Senju. Oleh pasangan tersebu...