2. Senja Mengarah

6.7K 718 27
                                    

" mengapa senja begitu indah? Padahal ia hanya sebentar lalu pergi? Apakah sesuatu yang indah akan segera berakhir?"

~Abian Erza Desmon

🌚🌚🌚🌚🌚🌚

Matahari telah memancarkan jingganya dan sekarang adalah saat yang tepat untuk Abian berbagi rasa.
Setelah menyibukkan diri dengan semua berita yang ia liput, kini saatnya meliput duka dan lara yang ia pendam.

Lelaki tersebut kini tengah asik memandang langit jingga, di tepi danau tempat kesukaannya sejak kecil. Hanya suara angin dan serangga yang ia dengar, kemudian tangannya mulai mengalun memberi jejak pada kertas putih itu.

Cerita tentang hidupnya telah ia goreskan pada buku tersebut.
Mungkin jika buku itu bisa bicara dia akan bilang "aku lelah mendengar ceritamu, aku sudah kedinginan karna air mata mu, ayolah kamu kuat, jangan terus bersedih" ya.. seperti itulah kira-kira yang bisa dikatakan dairy nya.

Tanpa sadar setetes bulir bening jatuh dari pelupuk matanya. Sesak di dada menambah seyap suasana.

"Hiiiksss....hiiikksss..ayah..maafin Bian ya, Bian nggk bisa jadi yang seperti ayah mau" ucap Bian pelan hampir tak terdengar.

"Ayah..Bian mau banggain ayah..tapi kenapa sulit banget..Bian juga nggk tau kenapa takdir Bian kaya gini yah..hiiks....hiiks" isak nya sambil sesekali menghapus bulir bening itu.

Abian masih terisak semakin lama semakin erat mendekap dairy kesayangan itu. Biasanya ia akan berhenti menangis jika senja telah benar-benar menghilang. Bagi nya hilangnya senja hilang pula kesempatan untuk mengadu lara.

🌚🌚🌚🌚🌚🌚

Hari semakin gelap langkah Bian mulai melambat menyusuri jalanan ibu kota yang ramai kendaraan. Netra nya terus mengedar, pemandangan malam yang indah andai saja suasana hati sedang baik ia akan bahagia sekarang.

Hari ini ia sengaja tidak membawa motor kesayangan nya karena bang Arlo sedang berbaik hati memberi tumpangan. Lumayan kan bisa hemat bensin tapi ia lupa jika diantar pulangnya harus jalan kaki...huhhh sangat melelahkan bukan?...

"Assalamualaikum..Bian pulang" suara Bian yang tanpa sengaja memecah keheningan rumahnya.

" Waalaikumsalam, Abang udah pulang? Kok malem banget bang? Lagi banyak tugas ya?" Tanya bunda sambil mendekati anak tengahnya itu.

"Hehehe...iya Bun, dosennya kurang kerjaan masa tugas kemarin belum selesai udah di kasih lagi" balas Bian dengan untaian senyum yang sedikit di paksakan dari bibirnya.

"Abang makan dulu ya, tadi kita udah makan malam. Jangan nolak ya bang!! Udah lama bunda nggk ngeliat Abang makan malem"

"Iya bunda cantik" jawab nya menutup pembicaraan.

Tangan bunda terulur memberi sepiring makanan, Abian ingat dan sangat ingat itu adalah makanan kesukaan kedua adiknya.
Tanpa sadar netra nya mulai berkaca-kaca.
Ia hanya ingin mengingat kapan terakhir kali di masakkan makanan kesukaannya, apakah bunda benar-benar lupa? Atau sengaja? Hugh...sungguh kali ini dadanya semakin sesak.

Tuk..tukk...ttuukk...
Suara langkah kaki semakin jelas mengarah mendekati nya.

"Lo udah pulang dek? Kok malem banget"

Untuk Senja ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang