36. Tatapan Pilu

3.6K 292 32
                                    

"Bahkan kenyataan tidak lebih baik dari khayalan."

.
.
.
.
[

CHAPTER TIDAK DIREVISI, FULL REVISI ADA DI VERSI BOOK-NYA]

Sudah ada di karyakarsa
https://karyakarsa.com/Kinm04

Gemerlap malam yang sempat ia rasakan kini hilang di telan kepahitan. Sayup-sayup pandangan masih mengedar memerhatikan sekitar, meski hanya dengungan yang jelas ia rasakan. Tubuhnya mati rasa, bahkan satu pergerakan saja ia tak mampu. Lalu dimana abangnya?

Netra sayu yang terus berair itu kembali berkelana, sampai akhirnya titik temu itu ada dihadapannya. Arlo, sosok abang yang dengan erat mendekap tubuh tak berdaya ini. Aneh, ia tak merasakan hembusan nafas sang kakak. Ia coba bangkit, namun tubuhnya seakan menolak.

Sampai pada akhirnya karena suatu perbuatan, Arlo semakin menjauh. Ia mendengar seseorang berteriak ke arahnya, namun sekali lagi hanya dengungan yang tercipta. Kala raga sang kakak telah jauh, kini netra itu kembali terpejam erat. Tapi ia tak melupakan satu hal, yaitu banyaknya bercak merah nan amis di sekitar dirinya berada.

🌚🌚🌚🌚

Hujan air mata kini tak terbendung lagi sudah berapa lama. Sepasang orang tua menguatkan satu sama lain, bahkan doa pun terus terpanjat memohon kesembuhan untuk kedua putranya yang tengah berjuang.

Saat ini tak ada yang paling terluka, semua terluka dan kecewa. Keputusan mereka untuk membiarkan Arlo pergi ternyata bukan keputusan yang baik. Andai saja Arlo tak pergi mungkin semua ini tak akan terjadi.

Tepat 45 menit yang lalu, Aarav di kejutkan dengan kedatangan 2 mobil ambulance sekaligus. Namun bukan itu yang paling membuatnya terkejut, tapi dua orang yang di bawa oleh ambulance. Ya, mereka adalah adik kandungnya. Siapa yang tidak shock coba, adik yang tadi pamit untuk menempuh pendidikan di negeri orang kini kembali ke rumah sakit dengan keadaan ditambang batas kematian.

Sedangkan Raiden telah memenuhi ancaman Abian, jika dia akan sadar jika sahabatnya itu kembali. Namun dirinya menyesal telah bangun dari koma jika akhirnya sahabat yang menggantikan posisinya untuk tidur lebih lama.

UGD terbuka, menampakkan dua orang dokter senior serta Aarav di belakang dokter tersebut. Jangan lupakan tatapan sendu Aarav. Di dalam sana Aarav bukannya membantu namun hanya mengganggu, ia terus meraung memanggil nama kedua adiknya hingga teman sesama coas mencekal tubuh Aarav dan membawanya ke ujung ruangan.

Sepasang orang tua serta kedua anaknya yang lain berdiri mendekat pada dokter, "Gimana keadaan anak saya?" Tanya Rama dengan gemetar.

"Alhamdulillah anak bapak masih bisa bertahan," ucap sang dokter. "Pasien atas nama Abian Erza sudah bisa di pindahkan ke ruang perawatan. Sedangkan pasien atas nama Arlo Cashel harus kami pindahkan ke ICU." Pungkas dokter tersebut, membuat Laura jatuh terkulai lemass serta tangisan keras dari dua maknae keluarga.

Mendengar kata 'ICU' semua pasti tahu jika kondisi tersebut tidak baik-baik saja. Mungkin semua akan fokus ke Arlo, bukan? Lalu bagaimana dengan Abian. Jujur disini Aarav sangat menghawatirkan mental adiknya itu. Mungkin dirinya bukanlah sandaran yang baik, namun ia tahu jika Abian sangat menyayangi Arlo. Mungkin Abian akan merelakan nyawanya untuk sang kakak jika ia sampai tahu kondisi Arlo saat ini.

"Ayah, Bunda, kita berdoa supaya adek bisa segera pulih," bisik Aarav sambil memeluk raga sang bunda yang sudah melemas.

Setelah itu, ia menghampiri 2 adiknya yang masih di guncang ketidak percayaan. Aarav merangkul hingga mengusap surai keduanya bersamaan. "Adek, doain abangnya semoga cepat pulih ya. Jangan patah semangat untuk doanya, Abang lagi butuh banyak doa. Kuat ya adeknya Mas."

Untuk Senja ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang