12. Sakitnya Tak Terkira

4.3K 462 56
                                    

*Typo mohon diingatkan ☺️

.
.

"Ada hari dimana kesabaranmu akan terkuras habis untuk orang yang kamu sayang".

~Untuk Senja
.
.
.
.
🌚🌚🌚🌚

Lelapnya tak terkira sudah berapa lama, begitu pula rasa khawatir yang menerpa. Namun inilah yang sekarang dirasakan keluarga Desmon. Dengan tergopoh-gopoh ibu lima anak itu berlari menuju ruang rawat sang anak.

Kabar yang baru ia terima bagaikan mimpi buruk ditengah lamunan. Anak yang baru ia lihat baik-baik saja sekarang tengah terkapar di brankar rumah sakit. Berbeda dengan sang ibu, Abian yang semula kesakitan kini sudah bisa tertawa lepas. Kala melihat adik bungsunya yang datang dengan wajah ketakutan. Bukannya iba, dirinya malah meledek tak henti, wajahnya imut dan lucu jika tengah marah.

"Iiihh ... Bunda ... Lihat Abang nakal!!" Sudah berulang kali Ilen mengadukan hal itu pada sang bunda, namun Laura hanya tersenyum menanggapi aduannya.

"Tuhh kan... Bundanya aja senyum, Brati boleh" kekeh Abian tak henti.

"Abang... Nggak kasian apa liat adek sampai mau nangis gitu?"

"Enggak Bun... malah makin pengen jailin"

"Iya... Iya... Jailin aja terus, tapi awas kalau adeknya nangis bang!"

"Waahhh... Seru dong Bun kalo sampai nangis... Hehehe" tawa Abian yang tak henti berbinar menyaksikan sang adik yang mulai memerah.

"Udah dek, istirahat dulu ya. Mainnya nanti lagi! Itu lihat darahnya naik." Melihat hal itu Aarav segera membenahi infuse Abian.

"Bun... Ayah mana?" Baru sekarang Abian berani bertanya. Setelah kejadian tadi pagi dirinya merasa bersalah pada yang Ayah namun sukar untuk mengungkapkan.

"Ayah lagi kerja ke luar kota, jadi belum bisa jenguk kamu. Nggakpapa ya? Kali ini biar bunda sama kakak yang temenin"

"Biar Mas Aarav aja Bun, ntar kalau bunda kecapean siapa yang bakal ngurus adek?"

"Ehhhh...Abang!!! Ilen bisa kok jaga diri sendiri, meremehkan sekali Abang!!" Pekik Ian tak terima.

"Isshh... Ni anak!! Diem Napa sih!!" Bukan hanya mulut yang berbicara namun tangannya mulai mengudara untuk mendarat di puncak rambut sang adik.

Mengetahui niat buruk kakaknya, Ilen  segera bersembunyi di balik punggung Aarav. Ia tau betul sejail-jaiknya Abian tak akan bisa menjaili kakak bungsunya.

Tak terasa malam semakin gelap dan dinginnya udara kian menerpa, dalam hening nya malam terdapat suara gaduh dari sebuah kamar rawat. Bukannya istirahat malah terjadi Quality time sebuah keluarga, namun belum lengkap karena tiga anggota lagi belum berkumpul.

Tok... Tok... Tok... Suara pintu diketuk menyisakan tanya. Pasalnya dokter jaga juga sudah ada di dalam, tak lain adalah kakaknya sendiri. Perlahan siluet seseorang mulai mendekat.

Suasana yang sebelumnya hangat kini mulai mendingin. Perasaan campur aduk memenuhi isi ruangan. Canda tawa ketiga saudara itu berhenti seketika kala melihat Arlo yang tengah mendorong kursi roda.
Tenaganya mulai ia keluarkan lagi dan mendekat pada saudaranya yang lain.

Untuk Senja ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang