7. Tenggelam dalam Rasa

3.8K 504 29
                                    


*Typo mohon dimaafkan 🥺🥺

" Kalau benar-benar sayang  ya diungkapkan, jangan tunggu dia menghilang baru kamu kebingungan"

~kinm

🌚🌚🌚🌚🌚

Awan putih masih menyelimuti bumi, terik sang Surya pun ikut berpartisipasi. Masih terasa gejolak dalam hati, namun kali ini berbeda buka duka dalam dada melainkan bahagia jiwa raga. Indah bukan? Kebahagiaan yang diimpikan kini mulai terkabulkan.

Mobil keluarga berjenis Toyota Alphard kini melaju dengan kecepatan sedang. Sang pengemudi menjalankan dengan hati-hati menyadari yang kini ia tanggung adalah nyawa kehidupannya.
Rencana liburan keluarga benar-benar dikabulkannya Rama, tak ayal membuat para bujang nya kegirangan tak terkira.

Semua sudah menduduki kursi penumpang masing-masing. Rama yang bertugas sebagai pengemudi  didampingi sang istri di kursi kemudi.
Dibelakang ada Abian dan Ailen yang senantiasa tidur dalam perjalanan. Lalu di bagian belakang tersisa si sibuk yaitu Aarav, Arlo, dan Ian, walaupun mereka tau sedang liburan tapi tak pernah sekalipun berhenti membaca lebaran-lembaran kertas ditangan.

" Dek, kalau tidur jangan gitu. Nanti kepalanya sakit kepentok jendela terus" tutur sang bunda saat menyadari Bian dan Ilen  tidur dengan kepala bersandar pada jendela. yang di tanya tak menjawab karena terlalu asik berkelana di alam mimpi.

Laura dengan sigap mulai membenarkan posisi sang buah hati. Namun karna terhalang sabuk pengaman jemarinya tak sampai menyentuh pundak  anaknya.

" Biar adek aja Bun yang ubah posisi mereka" ucap Ian saat menyadari Laura kesusahan membenarkan posisi mereka.

"Iya dek, kamu aja bunda nggk Sampek"

"Pemandangan indah gini malah di tinggal molor, nyesel baru tau rasa kalian" ujar Ian dengan yang masih sibuk.

"Lucu ya Bun, ada-ada aja kelakuan mereka. Dari dulu masih suka tidur kalo diperjalanan" Kini sang ayah ikut berkomentar.

" Iya yah, anak-anak udah pada besar ya. Itu si Aarav udah punya gandengan. Kita udah tua yah tinggal nunggu cucu" balas Bunda dengan pandangan menuju si anak bungsu.

Si sulung yang mendengar ucapan sang bunda langsung membalas dengan wajah yang sedikit merona entah karena malu atau marah.
"Apaan sih Bun, belum waktunya masih koas juga. Ntar kalo udah bisa bikin rumah sendiri baru nikah"

" Ngapain nunggu punya rumah sendiri, orang rumah kita juga udah besar kok. Kalau nambah 1 anggota aja masih cukup" goda bunda

" Iya mas, nikah aja aku juga pengen ponakan dari mas" ucap Bian yang sedari tadi tidur namun tiba-tiba ikut dalam pembicaraan.

" Ehhh..Lo ngapain sih!!! Udah sana tidur lagi!! Bangun-bangun cuma bikin nrunyam" ucap Aarav  bercanda namun sedikit meninggikan suaranya.

"Aelah mas...gitu doang aja baperan!"

" Kok Lo bangun sih bang, kan jadi sia-sia usaha gue benerin posisi Lo tidur. Au ah nggk asik Lo" ucap Ian geram.

" Lo juga sih. Kasar banget pegang gue, ya gue kebangun lah"

"Dasar Lo bang!!nggk tau trimakasih" tutur Ian emosi, ditambah kini kakak tengahnya tengah merusak tatanan rambut anti menstrim-nya.

Untuk Senja ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang