17. Kasih Sayang

2.9K 388 19
                                    

*Typo mohon dimaafkan 🥺
.
.


"Jika malam waktunya tidur, maka ijinkanlah aku menjadikan siang sebagai pembawa kebahagiaan"

~UntukSenja

🌚🌚🌚🌚
.
.

Langit  tempat bulan menapakkan diri kini mulai tertutup gumpalan hitam. Dinginnya udara tak membuatnya iba untuk lebih menambah penderitaan dia yang telah kesakitan. Bukan hanya fisik melainkan batin yang terus berucap kata "kuat" dalam dada.

Tak bisa di benarkan hujan akan turun saat dingin telah menerpa jiwa. Anak labil yang masih duduk di bangku SMA ini harus merasakan kejamnya dunia dalam hidupnya. Fisiknya yang mulai rapuh kini harus menopang beban yang lebih berat lagi. Dan kini di dalam pelukan wanita cantik ia melabuhkan diri mencerna rasa sakit yang kian membabi-buta.

"Adek, tidur ya. Mbak nggak akan pergi kok" tutur lembut wanita yang akrab di panggil Mbak Mina itu. Sangat akrab bahkan bisa di bilang kakak beradik.

Lama berelang ketika gelap telah menyelimuti bumi namun Ian masih tetap mengeratkan diri pada wanita cantik yang sudah ia anggap sebagai kakaknya. Isakan lemah masih terlontar dari bibir mungil itu, tubuh yang mulai menghangat tak Ian rasakan. Yang ada adalah berbagai lontaran kalimat menyakitkan sang ayah sedang berkeliaran dalam pikirannya.

Mungkin kali ini lengkap sudah penderitaan Ian, mulai dari telat makan siang, terkunci dalam toilet sampai asamanya kambuh, hingga perengkaran kedua orang tuanya sampai terucap kata pisah di depan buah hati mereka. Bagi Ian menangis adalah satu-satunya cara menenangkan diri, apalagi keadaan sang bunda yang bisa dikatakan tidak baik-baik saja.

“Dek, udah ya nangisnya.” Tutur lembut Mbak Mina sambil sesekali mengusap surai lembab anak majikannya itu.

Sementara Ian hanya mengangguk dan semakin mengeratkan pelukan, rasa sakit fisik akan sembuh seiring berjalannya waktu namun jika sakit batin yang diterima maka lukanya akan sulit disembuhkan.

Setelah beberapa waktu berselang, Aarav memasuki kamar adik nomer ketiga, pandangannya tertuju pada asisten rumah tangga sang bunda yang masih setia menemani dan mengelus surai adiknya.

“Adek udah tidur Mbak?” tanya Aarav disertai langkah kaki yang mulai mendekati kasur sang adik.

“Udah Mas, tapi badannya sedikit hangat. Tadi mau saya kompres tapi Ian nggak mau di tinggal. Untung ada bye bye fiver di sini.” jawab Mbak Mina sambil menyibakkan selemut yang juga menutupi dirinya. Sedang Aarav hanya mengangguk dan menatap lekat Ian.

“Ibu gimana Mas?”

Tak lama segera Aarav beralih menatap Mina, “Bunda udah baikan kok Na, kamu istirahat aja. Oh ya, malam ini Laras nginep di sini biar dia tidur sama kamu aja ya. Tadi sudah saya antar ke kamar kamu.”

“Iya Mas, kalau begitu saya ke kamar dulu”

Jangan kalian pikir Laras tidur di kamar pembantu ya. Mina itu memang asisten rumah tangga tapi Bunda sudah menganggap Mina sebagai anaknya sendiri bahkan untuk biaya kuliah bunda masih membantu walau terkadang Mina menolak hal itu.

Di sisi lain Laras sudah berada di kamar milik Mina, Laras tak heran karena Aarav sudah bercerita banyak tentang keluarganya. Kamar Mina sama lebarnya dengan kamar anak-anak bunda yang lain.

Untuk Senja ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang