14. Hanya Ingin

3.3K 416 76
                                    

*Typo mohon diingatkan ❤️
Play musiknya saat kalian ingin😁

.
.
.

"Terlalu sulit untuk menghindar tapi terlalu sakit pula untuk dihadapi"
~Raiden Andrian

🌚🌚🌚🌚

"Dek, bangun!! Udah pagi ini." Tugas Aarav pagi ini adalah membangunkan adiknya, dari semalam Abian merengek minta dibangunkan pagi-pagi sekali katanya sih ada kelas pagi. Makanya bangun pagi supaya nggak telat, biasalah jadwal dosen killer.

"Nnggghh...lima menit lagi mas" Abian menggeliat melingkar pada tangan masnya yang tengah membangunkannya.

"Bareng sama mas apa berangkat sendiri? Mas buru-buru ini udah jam enam" dengan segera Aarav menghempaskan tangan sang adik. Rasanya geli bila adiknya bermanja.

"Ihhhh... Iya... Iya mas" segera Abian bangkit dan langsung menuju kamar mandi.

Tak terasa pagi ini sedikit hangat, matahari juga tak bersembunyi seperti kemarin. Rasanya akan ada hal baik yang akan terjadi.

Hari ini rencananya Abian akan berangkat bersama Aarav oleh karena itu pagi-pagi sekali Aarav sudah mengobrak-ngabrik kamar sang adik. Adiknya itu tipe-tipe yang kalau tidak dibangunkan tidak akan bangun sendiri.

"Aaahhh... Kok capek banget sih gue, padahal baru bangun tidur. Huuhh... Gara-gara Pak Bono ni pasti" masih pagi tapi Abian sudah ngomel tak jelas di kamar mandi. Hingga sempat menyalahkan sang dosen yang membuat Abian harus lembur untuk mengerjakan tugas.

"Adeeeekkk!!! Kalau Lo nggak keluar sekarang gue tinggal!" Teriak Aarav dari lantai satu, terdengar menakutkan karna ancamannya tak main-main.

"Iye...iye mas!! Bawel banget sih!!" Balas Abian ngegas pula.

Setelah beberapa saat merapikan diri akhirnya Abian turun ke lantai dasar.

Terlihat semua anggota keluarga tengah asik melakukan rutinitas pagi di meja makan. Hati kecilnya ingin tak usah sarapan saja, namun karena tatapan sang bunda terlanjur menangkapnya ya mau bagaimana lagi Abian harus menuruti sang bunda untuk sarapan.

Sreeett...
Kemudian Abian duduk disamping Aarav, sangat jelas terlihat jika saat ini dirinya tengah merasa canggung karena disisi kanan terdapat sang ayah.

"Eh... Mbak Mina" celetuk Abian tak sengaja saat melihat mbak Mina yang tengah menyiapkan makanan untuk Ian dan Ilen.

"Iya den, ini mau Mbak ambilin apa?" Tanya Mbak Mina lembut.

"Jangan panggil Den mbak, panggil aja Abian. Ayah sama bunda juga nggak keberatan kok" ujarnya sesekali menatap kedua netra sang bunda.

"Hehehe, iya Bian"

"Mbak Mina kemana aja selama ini?" Tanya Abian dengan antusias.

Sudah sekitar seminggu lebih asisten rumah tangga kepercayaan sang ibunda tak menampakkan diri. Mbak Mina itu masih muda, usianya saja sepantaran dengan Arlo makanya dia tidak full bekerja dengan sang bunda karena masih ada pekerjaan yang lain.

"Ehhh... udah-udah makan dulu. Udah siang ini entar mas telat" potong Aarav tiba-tiba. Tak peduli jika ucapannya barusan mengagetkan sang adik yang tengah menyantap makanan.

"Uhuk...uhuk...Bun...nngghh...mi...num..." Dengan susah payah Abian meminta minum. Entahlah mengapa bisa tersedak, sepertinya dia kaget dengan ucapan Aarav barusan.

"Ehh...ini minumnya, minum dulu. Makanya kalo makan jangan sambil pegang hp!!" Kali ini Arlo yang mulai menasihati sang adik. Kedua kakaknya itu sangatlah bawel terdapat adik-adiknya, tapi bawel untuk kebaikan ya.

Untuk Senja ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang