20. Aku Masih Bertahan

3K 349 33
                                    

*typo mohon dimaafkan 🥺
.
.
.
Happy reading guyss 🥰
.
.
.

"Kalau aku hanya bisa menyakiti, lalu mengapa kamu masih membuat ku bertahan?"

~UntukSenja
.
.
.
🌚🌚🌚🌚

Awan kelabu menyelimuti bumi, bersama sendunya hati perjalanan dimulai lagi. Tak terasa mentari mulai menampakkan diri, menjalani derita dalam serangkaian cerita. Dan kini ia menjadi saksi bagaimana kerasnya hidup dalam bilik pengorbanan.

Abian tertunduk mendapati diri yang kian tak tahu arah, melangkah salah berdiam diri pun hanya bisa pasrah. Pagi indah nan cerah tak ia sambut hangat, sebab kejadian beberapa hari yang lalu masih berputar jelas diingatan.

Susana rumah telah kembali seperti semula, meski kehilangan satu anggota. Bunda semakin sibuk dengan toko kuenya, Mas Aarav yang sering tidak pulang ke rumah, dan Abang Arlo mulai meneruskan perusahaan sang ayah. Entah apa yang terjadi hingga semua aset perusahaan dialihkan atas nama Arlo.

Namun tenang saja dengan bantuan Om Jo, adik dari ayah yang membantu dan membimbing Arlo. Awalnya ia juga keberatan tapi tak mungkin memberikan tanggung jawab perusahaan pada kakak sulung yang  notabennya tak tertarik sedikitpun dengan bisnis sang ayah.

Selesai dengan banyak pemikiran, akhirnya Abian memilih membersihkan diri karena hari ini ia akan mulai kuliah. Lagu-lagu yang sedari tadi di putar seakan tak terdengar akibat pukulan tinju yang berasal dari abangnya. Sudah jadi kebiasaan namun sudah lama pula ia tak mendengar hal itu kembali.

"Ish... Dasar punya Abang kerjaannya pukul-pukul benda mati, sekali-kali kek mukulin preman pasar gitu." Gerutu Abian seiring langkah kaki keluar kamar mandi.

Rambut yang basah kuyup menjadi pemandangan indah di hari ini. Ia tak ada pemikiran untuk mengeringkannya hanya saja Abian akan  ke kamar sang abang. Mengganggu abang sendiri tak masalah kan?.

Tok... Tok... Tok...

"Abang ... Gue masuk ya?" Bukan pertanyaan melainkan paksaan untuk masuk tanpa persetujuan.

Arlo yang sibuk dengan samsaknya langsung berhenti dan memandangi tampang polos yang berdosa itu. "Ngapain sih Lo dek, Masuk tu ijin dulu. Main nyelonong aja ntar gue tinju baru tahu rasa Lo!!"

"Yaelah Bang, sama adek sendiri aja galak banget. Entar jodoh Lo kabur baru nyaho" Ledek Abian.

"Ih Lo jorok banget sih!! Basah ni kasur gue, lagian kalau abis keramas dikeringin dek."

"Hehehe, sekali-kali jailin Abang nggakpapa kali" segera ia menuruni ranjang kakaknya dan beralih ke balkon dekat samsak.

"Ngapain sih pakek nyamperin gue, kangen sama bau keringat gue?"

"Ish, Abang jorok!! Keringat Lo itu paling bau diantara kita berlima." Tak lama dirinya segera memberi jarak dari Arlo.

"Terus Lo ke sini mau apa? Gabut?"

"Iya, hehehe. Sekalian mau cerita."

"Apa?"

"Eh, mau tanya deh. Nggak jadi cerita"

"Iya apa adekku sayang" gemas Arlo sampai menoyor lembut kepala sang adik.

"Gini bang, mau tanya gue" hembusan nafas jengah Arlo terdengar karena untuk sekian kalinya kata itu terucap dengan jeda yang lumayan panjang.

Untuk Senja ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang