"Arrrgh," jerit pemuda berjaket kulit hitam yang duduk di atas motor biru.
Tangannya merogoh saku untuk mengeluarkan sebungkus rokok. Ia mengambilnya satu batang.
Asapnya mulai mengepul. Pikirannya tidak tenang sama sekali sedari tadi.
Tidak biasanya ia kalah dalam balapan. Tapi malam ini adalah malam yang membuat dirinya marah dan sangat benci dengan rival barunya itu.
Immanuel Leo, ia adalah ketua Alleos. Tidak ada kata baik jika menyangkut dirinya. Kejam, sadis dan dingin adalah sifat yang selalu di takuti oleh banyak orang, bahkan anggotanya sendiri.
Ia turun dari motornya lalu membuang puntung rokok dari mulutnya.
"BANGSAT!" umpat pemuda itu dengan tangan berkacak pinggang.
"Masih ada satu kesempatan, tenangin emosi lo," ucap pemuda yang tak lain adalah anggotanya.
Pemuda yang selalu sabar menghadapi sifat Leo. Pemuda yang juga merupakan sahabatnya sejak kecil.
"Gue cabut dulu," ucap Leo pada teman-temannya.
Seharusnya ia tidak menerima tantangan itu. Rivalnya kali ini adalah mantan pembalap motor tingkat atas. Tetapi sebelumnya, ia juga pernah melakukan hal yang sama dan bisa memenangkannya.
"Arrrgh," jeritnya lagi di jalanan yang sepi. Dan berkali-kali juga ia merutuki dirinya.
Dengan perasaan yang berkecamuk, Leo kembali menambah kecepatannya agar segera sampai tujuan.
*****
"Glek...glek...glek," pemuda itu kembali menuangkan minuman berwarna ungu ke dalam gelas kecilnya.
Suara dentuman musik membuatnya makin tak karuan.
"Yok balik El," ajaknya dengan menyeret tangan pemuda yang hampir mabuk.
"Lo siapa ngatur-ngatur gue, bego!" tandasnya dengan keadaan yang hampir mabuk.
"Bisa berabe nih, mana masih muda lagi. Hadehh," gumam Aldo melihat temannya yang sudah acak-acakan.
Aldo mengeluarkan ponselnya. Mencari kontak yang akan ia hubungi.
"Tempat biasanya," ucap Aldo sebelum mematikan ponselnya.
Pip
Selang lima belas menit, mobil berwarna kuning berhenti tepat di halaman bangunan yang bertuliskan 'Club Hera'.
Suara dentuman musik dan sorot lampu yang berwarna-warni membuat pemuda ini sangat muak dengan tempat yang seharusnya tidak selalu ia datangi.
Dengan langkah cepat, ia segera menerobos banyaknya kerumunan.
"Kerjaan lo nyusahin gue," ujarnya lalu segera membawa pemuda itu ke dalam mobil dan di bantu oleh Aldo.
"Kasian banget si El," ucap Aldo dengan nada sedihnya.
"Inget, hidup lo lebih kasian daripada si El," ucap pemuda blasteran Indo-australia.
"Hidup itu emang pahit, yang manis itu gula," ucap Aldo.
"Gue kira lo gatau kalo gula itu manis," balas pemuda itu.
"Bego," ucap Aldo.
Pemuda yang di ajak bicara itu hanya tertawa puas.
"Thanks udah kabarin," ucap Aldo.
"Udah gue duga, dia bakal kesini," ucap Aldo.
"Motor El biar di bawa Bara," timpal Aldo dan di balas anggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret & Truth [END]
Teen FictionSebuah rahasia akan terungkap oleh kebenaran yang sesungguhnya. Tidak mungkin rahasia akan terkubur selamanya. Baik buruknya rahasia, senang sedihnya rahasia akan terbongkar di kemudian hari. Cerita ini bukanlah tentang kisah cinta yang menyedihkan...