TUJUH PULUH DUA

142 68 403
                                    

Dira, Elly dan Carla saat ini berada di meja makan. Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, jika Carla tidak lapar mungkin ketiganya tetap berada di kamar sedari tadi.

"Lo nggak mau, Dir?" tanya Carla setelah menyeruput kuah mi nya.

Dira menggeleng. "Abisin."

Dira kembali fokus pada ponselnya.

"Eh, Dir," panggil Elly.

Dira menatap Elly.

"Gue kasian banget tau ga sih sama kak Leo," ucap Elly.

Carla yang mendengar hal itu, langsung kembali meletakkan semangkuk mie nya. Pandangannya kembali memperhatikan kedua sahabatnya.

Bagaimanapun juga, Dira tetaplah adik Leo. Walaupun status yang sebenarnya adalah 'bukan'.

"Lo kasian juga kan sama kak Leo?" tanya Carla.

Dira hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia memang cukup sedih menjalani kehidupan yang sekarang. Tanpa Mirah dan juga Leo.

"Gue dulu benci banget sama dia," adu Dira.

"Sekarang?" tanya Elly menatap Dira dengan teduh.

Dira menggeleng. "Buat apa benci kalo dia udah berani bertindak sampe sejauh ini."

Carla dan Elly menatap Dira dengan tenang sebelum akhirnya memeluk erat sahabatnya itu.

"Gue penasaran," ucap Dira.

Elly menatap Dira bingung. "Apa?"

"Keluarga kandung gue."

"Dira," panggil Carla.

Dira menatapnya.

"Gue yakin pasti suatu saat nanti lo akan di pertemukan sama mereka. Sekarang lo harus fokus dulu ke Leo dan semuanya yang ada di sana," tutur Carla.

"Tante Mirah ga mau liat lo sedih lagi, Dir," timpal Elly.

Mendengar penuturan kedua sahabatnya, hati dira sedikit tenang.

Ketiganya terlarut dalam obrolan dan canda tawa hingga jam dinding mengisyaratkan mereka untuk istirahat.

*****

Pengadilan Negeri Utama, Bandung. Tempat dimana orang yang bersalah di hakimi. Orang yang melanggar hukum di hakimi.

Di tengah-tengah sudah ada saksi, jaksa, dan juga tersangka. Saksi di hadiri oleh Jefri dan bu Yasmin. Jaksa di hadiri oleh Evy dan Bima. Dan tersangka utama yaitu Leo.

Sedangkan keluarga, teman, sahabat dan yang lain duduk di kursi yang telah di sediakan.

Leo melihat sekelilingnya. Ternyata banyak sekali yang menghadiri persidangannya. Ia menatap Dira dan Veo sekilas lalu kembali menatap ke depan.

Ada rasa bersalah dan rasa yang tidak bisa ia jelaskan.

"Baik, silahkan di mulai," pinta hakim.

Jaksa perempuan dengan nama Evy Cyntia itu berdiri. "Silahkan saksi angkat bicara terkait kecelakaan yang terjadi pada tanggal 15 Juli 2016 pukul sepuluh malam."

Jefri menatap AlkalinZe yang duduk di barisan depan. Ia lalu melihat Veo menganggukkan kepalanya.

Jefri berdiri dan menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada malam itu tanpa rasa gugup sedikitpun.

"Silahkan untuk di putarkan buktinya," pinta jaksa Evy kepada rekannya, Bima.

Video berdurasi kurang lebih sepuluh menitan itu di tonton langsung oleh semua yang hadir dalam persidangan itu.

Secret & Truth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang