Pemakaman Mirah berjalan lancar hingga akhir. Dan saat ini Leo, Dira dan bu Yasmin berada di kolumbarium untuk mengucapkan salam perpisahannya.
Dira memandangi satu guci yang ada di dalam deretan kaca. Rasanya baru kemarin ia mendengar wanita itu berjanji untuk tidak sakit lagi.
Tetapi apa? Nyatanya Tuhan merencanakan hal lain. Ia menoleh ke kanan. Menatap Leo dengan sendu.
"Bu, sekali lagi maafin El. Maaf udah ngecewain ibu. Tapi El janji nggak akan kabur lagi."
Air mata Dira lolos begitu saja mendengar pernyataan Leo. Sungguh ia tidak tega dengan keputusan yang di buat oleh pemuda itu.
"Mau pulang sekarang?" tanya bu Yasmin memecah keheningan dan kesedihan dari kedua remaja itu.
Dira menganggukkan kepalanya. Bu Yasmin dan Leo berjalan lebih dulu.
Tapi tidak untuk Dira. Tangannya kembali mengusap kaca itu dengan lembut.
"Terimakasih udah jaga Dira selama ini. Dira nggak akan lupa kebaikan yang ibu berikan."
Setelah mengucapkan hal itu, Dira segera menyusul Leo dan bu Yasmin ke mobil.
*****
Mobil milik bu Yasmin terparkir tepat di halaman rumah Mirah. Bu Yasmin juga akan menginap beberapa hari ke depan di rumah mendiang kakaknya itu
"Nggak papa 'kan ibu nginep di sini buat nemenin kalian berdua?" tanya bu Yasmin sebelum membuka pintu.
"Nggak papa bu," jawab Dira.
Berbeda dengan Leo yang hanya diam sedari tadi. Entah ia harus merasa senang atau sedih untuk kesekian kalinya.
Baru saja mereka akan masuk, tetapi suara langkah sepatu pantofel membuat ketiganya sontak menoleh ke belakang.
Jelas Leo sangat tahu siapa pria yang berdiri di depannya dengan membawa koper itu.
Pria yang selama ini menghilang bagai di telan bumi. Dan malam ini, pria itu kembali muncul di hadapannya.
"Mas Arga?" ucap Mirah yang juga sangat mengenal pria itu.
*****
Inikah yang di namakan penyesalan seorang ayah? Bagaimana tidak, belasan tahun tidak pernah pulang, belasan tahun tidak pernah bertemu, jangankan bertemu, bertukar kabar saja tidak pernah.
Dan malah saat ini, pria yang notabenenya seorang ayah muncul tiba-tiba di hadapan Leo, sang anak.
Haruskah Leo senang? Tidak!
Haruskah Leo tersenyum sekarang? Tidak juga!
Dan haruskah Leo menyambut kehadiran ayahnya? Sangat tidak mungkin!
"Ayah sangat turut berduka atas meninggalnya ibu kamu, nak."
Leo hanya menatap kosong ke depan. Membiarkan ayahnya berbicara di hadapannya.
Leo berdiri dari duduknya. Ia menatap ayahnya dengan murka.
"Kenapa baru sekarang?"
Pria yang bernama Immanuel Arga itu hanya diam tak menjawab.
"KENAPA?!"
Leo sangat emosi saat ini. Hatinya sungguh tidak percaya dengan kehadiran Arga.
Arga yang mendapat bentakan dari putranya hanya diam. Memang benar ini salahnya.
"SETELAH AYAH MENGHILANG BELASAN TAHUN! NINGGALIN LUKA! DAN SEKARANG, KENAPA BARU DATENG DI HARI KEMATIAN IBU?! KENAPA?!"
Bu Yasmin yang sudah tidak tahan lagi langsung beranjak dari duduknya dan menghampiri Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret & Truth [END]
Ficção AdolescenteSebuah rahasia akan terungkap oleh kebenaran yang sesungguhnya. Tidak mungkin rahasia akan terkubur selamanya. Baik buruknya rahasia, senang sedihnya rahasia akan terbongkar di kemudian hari. Cerita ini bukanlah tentang kisah cinta yang menyedihkan...