TIGA PULUH EMPAT

570 116 449
                                    

Farel baru saja selesai makan siang bersama karyawan kantornya, tetapi tiba-tiba suara dering telepon mengharuskannya untuk mengangkatnya terlebih dahulu.

Ia baru saja mendapat panggilan dari bu Vanda, pemilik Panti Asuhan Tulipa. Beliau mengatakan bahwa putranya, Veo berada di sana.

Farel segera mengambil jasnya dan keluar dari ruangan itu menuju lift.

"Mau kemana pak?" tanya alah satu karyawannya saat di dalam lift ingin keluar.

Farel memijit pelipisnya. "Ada urusan penting yang harus saya lakukan."

Karyawan itu mengangguk lalu keluar dari lift. Farel segera masuk ke dalam dan turun ke lantai bawah.

Ia menelepon pak Bejo untuk menjemputnya di kantor saat ini. Selang beberapa menit, pak Bejo datang. Farel segera masuk ke dalam.

"Tumben tuan pulang cepat," ucap pak Bejo setelah farel duduk di jok belakang.

"Ke Panti Asuhan Tulipa, pak."

Melihat raut wajah majikannya yang gusar, pak Bejo hanya mengangguk singkat lalu melajukan mobilnya.

Dalam perjalanan, keduanya hanya diam. Pak Bejo yang tidak berani mengajak majikannya berbicara dan Farel yang sangat resah dengan hadirnya Veo ke panti asuhan.

"Agak cepet dikit pak," suruh Farel.

Pak Bejo mengangguk dna mulai menambah kecepatannya.

Untung saja jalanan hari ini tidak terlalu ramai. Kurang lebih lima belas menit, akhirnya mereka sampai di tempat tujuannya.

Farel langsung keluar dari mobil dan berlari kecil masuk ke dalam.

*****

"VEO."

Veo yang baru saja terkejut dengan kehadiran bu Evana langsung menoleh ke sumber suara.

"Papa," ucap Veo.

Farel menghampiri Veo. Ia melihat wajah tampan putranya yang di penuhi dengan air mata. Ia menatap sendu putranya. Perlahan kedua tangannya menangkup pipi Veo.

Sungguh ia sangat tidak tega melihat penampilan Veo seperti ini. Rambut acak-acakan, dasi yang sudah longgar dan juga seragam yang di keluarkan.

Seketika tubuh farel terduduk lemas. Ia mendongak menatap Veo yang pandangannya kosong.

"Maafin papa Veo. Papa bohong sama kamu," mohon Farel dengan memegang kedua tangan Veo.

Bu Evana yang melihat hal itu hanya bisa diam menyaksikan keduanya dengan tatapan bertanya. Sedangkan bu Vanda menatap iba keduanya.

"Pa, berdiri," pinta Veo yang mendengar papanya terisak.

"Papa minta maaf," ucap Farel yang menangis di bawah Veo.

Veo menghela napasnya. Perlahan ia menatap ke bawah, menatap papanya dengan perasaan berkecamuk.

"Veo mohon papa berdiri," pinta Veo lagi.

Farel menyeka air matanya, ia segera berdiri di samping Veo.

Bu Evana hanya menyaksikan keduanya dengan tatapan yang sulit di artikan. Di tambah, beliau juga tampak syok dengan kehadiran Veo dan Farel.

"Bu Evana ada perlu apa kesini?" tanya Veo memperhatikan gurunya itu.

"Ibu mau ketemu anak ibu," jawab bu Evana dengan tersenyum.

Bu Vanda yang mendengar hal itu langsung berjalan menghampiri bu Evana. "Mohon maaf atas kejadian yang baru saja terjadi."

Farel yang mendengar hal itu juga merasa bersalah kepada bu Evana selaku tamu.

Secret & Truth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang