"Nih," ucap Jefri menyodorkan sebungkus rokok beserta koreknya.
Arlan menerimanya. Ia mengambil sebatang, lalu ia kembalikan lagi kepada Jefri.
Tapi dengan gerakan cepat, Veo mengambilnya dari Arlan dan membuangnya. Ia menatap tajam mata sahabatnya itu.
"Lo ngelarang gue itu juga berlaku buat lo," tandas Veo.
"Ve," panggil Arlan.
Veo menghela napasnya. "Kita berhenti di sini buat mantau Leo, bukan ngerokok," tuturnya dengan tegas.
"Ve," panggil Jefri dengan menepuk pundak Veo.
"Sorry," ucap Arlan.
Veo memperhatikan raut wajah Arlan yang berubah murung.
"Lan," panggil Veo.
Arlan menatap Veo.
Veo menggelengkan kepalanya lalu memegang kedua pundak Arlan. "Jangan lakuin itu," pintanya.
Arlan hanya mengangguk pasrah. Kenapa Veo melarang Arlan? Karena sahabatnya itu adalah anak dari seorang manajer perusahaan ternama di Bandung.
Veo tidak mau sahabatnya itu melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya ia lakukan. Mengingat, Arlan adalah penerus papanya nanti.
Walaupun keluarganya membebaskan Arlan, tapi tetap saja Veo tidak ingin jika sahabatnya itu berbuat lebih.
Veo menatap satu persatu anggotanya. "Jauhin rokok. Demi kesehatan kalian," tandasnya.
Semua hanya diam memperhatikan Veo memberi nasihat.
"Gue ga janji," ucap Jefri yang spontan membuat Veo terkejut.
"Mampus," lirih Marvel membuang mukanya.
"Kalo lo ga traktir kita malem ini. Jiakkh," ucap Jefri dengan santainya.
Veo memutar bola matanya kesal. Dengan cepat, Jefri segera merangkul ketuanya itu.
"Pangeran kena prank," celetuk Angga.
Seketika tawa mereka pecah karena telah membuat ketua AlkalinZe kesal dan marah secara bersamaan. Tetapi bagi Veo, ini adalah hal yang harus ia abadikan.
Kapan lagi dirinya bisa menikmati tawa orang-orang di sekitarnya.
*****
"Tumben pake motor," ucap Farel ketika melihat Veo sampai di ruang tengah.
Veo menghentikan langkahnya. Mendengar apa yang akan di katakan oleh pria itu setelahnya.
"Duduk dulu sini," suruh Farel melihat putranya yang berdiri.
"Mau ngomong apa?" tanya Veo dingin.
Farel menghela napasnya. "Duduk dulu."
Veo menggenggam kedua tangannya. Ia melirik sang papa yang memohon kepadanya. Perlahan Veo berjalan menghampiri Farel dan duduk di sofa sebelahnya.
"Bi," panggil Farel.
Bi Muti yang mendengar panggilan majikannya segera datang.
"Buatin Veo jus alpukat," suruh Farel yang di balas anggukan oleh pembantunya.
Veo berdecak kesal. "Air putih aja bi."
Bi Muti menghentikan langkahnya lalu mengangguk sebagai jawaban.
Veo melonggarkan dasinya. Membuka satu kancing seragamnya bagian atas dan menyandarkan kepalanya di sofa.
"Kalo mau ngomong cepet. Veo mau istirahat," pinta Veo sambil memejamkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret & Truth [END]
Teen FictionSebuah rahasia akan terungkap oleh kebenaran yang sesungguhnya. Tidak mungkin rahasia akan terkubur selamanya. Baik buruknya rahasia, senang sedihnya rahasia akan terbongkar di kemudian hari. Cerita ini bukanlah tentang kisah cinta yang menyedihkan...