Veo saat ini makan malam bersama Farel di rumah. Sebenarnya Farel ingin mengajak putranya itu makan malam di restoran favoritnya, tetapi tidak mau dan lebih memilih makan malam di rumah saja.
Suasana di meja makan hening beberapa menit. Yang terdengar hanyalah suara dentingan sendok dan garpu.
"Veo," panggil papanya memecah keheningan.
Veo menatap Farel yang duduk di hadapannya.
"Mama pengen butiknya di pindahin ke Indonesia," ungkap Farel.
Veo meletakkan alat makannya. Ia kembali menatap papanya dengan serius.
"Dia pengen menetap di Indonesia. Dia pengen ada di tengah-tengah kita. Terlebih lagi urusin kamu," jelasnya.
Veo mengangguk mengerti. Bohong jika dirinya tidak merindukan mamanya. Setelah rahasia tentang Ashila terbongkar, Veo jadi lebih ingin keluarganya rukun.
"Kamu ngga-,"
"Veo setuju. Kapan ngurusin berkas-berkasnya?" tanya Veo antusias.
Farel yang melihat hal itu tersenyum lebar. "Udah papa urus dan atur semuanya. Tinggal nentuin tanggal kepulangan."
Veo mengangguk paham. Ia kembali menyantap makanannya.
"Veo,"
Veo kembali menatap sang papa yang tersenyum ke arahnya.
"Makasih ya, nak."
"Sama-sama pa," balas Veo sambil tersenyum tipis.
*****
Tok tok tok
Veo yang sedang mengerjakan tugasnya langsung meletakkan bolpoinnya.
Ia beranjak berdiri dan membukakan pintu. Tapi alangkah terkejutnya ia ketika melihat Devan berdiri di hadapannya saat ini.
"Devan?"
Devan tersenyum lebar melihat raut wajah Veo yang terkejut akan kehadirannya.
"Masuk," suruh Veo.
Devan segera masuk lalu tak lupa Veo menutup kembali pintu kamarnya.
"Tumben," celetuk Veo.
Devan duduk di sofa panjang milik Veo lalu menyandarkan tubuhnya.
"Gue nginep ya malam ini," ucap Devan dengan senyum kudanya.
Veo membelalakkan matanya. "Nginep?" Ia duduk di depan Devan. "Lo nggak ada masalah 'kan di rumah?
Devan menggeleng sebagai jawaban.
"Gue udah minta izin ke orang tua gue dan juga om farel," terang Devan sambil tersenyum lebar.
Veo masih bingung dengan Devan yang tiba-tiba ingin menginap di rumahnya.
"Ga boleh?"
"Boleh. Maksudnya kenapa tiba-tiba?"
Devan bangkit dari duduknya dan berdiri di depan rak buku Veo.
"Ga boleh nih? Tenang, gue nggak akan ganggu lo. Gue bakal tidur di sofa," tuturnya.
"Di sebelah ada kamar kosong, lo tidur di situ aja," suruh Veo.
"Sip. Thanks bro."
Veo kembali berkutat di meja belajarnya. "Van," panggilnya.
"Hm," balas Devan.
"Lo inget ucapan gue waktu itu?"
"Soal adik gue?" tebak Devan
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret & Truth [END]
Teen FictionSebuah rahasia akan terungkap oleh kebenaran yang sesungguhnya. Tidak mungkin rahasia akan terkubur selamanya. Baik buruknya rahasia, senang sedihnya rahasia akan terbongkar di kemudian hari. Cerita ini bukanlah tentang kisah cinta yang menyedihkan...