Veo duduk di balkon kamarnya. Ia memandangi setangkai bunga tulip warna kuning di tangannya. Bunga tulip yang ia dapat dari gadis kecil di lampu merah malam itu.
Setangkai bunga tulip dalam plastik dengan hiasan pita merah. Veo terus memperhatikannya. Ia juga teringat pada wanita paruh baya yang tersenyum ke arahnya saat itu.
Mengapa seolah-olah wanita itu mengenalnya. Apakah sebelumnya Veo pernah bertemu dengan wanita itu? Veo meletakkan bunga itu di atas meja. Ia masuk ke dalam dan mengambil ponselnya di atas nakas lalu kembali duduk di balkon kamarnya.
Ia mulai mengetikkan nama tempat yang menganggu pikirannya semenjak bertemu dengan gadis kecil yang ternyata adalah anak panti.
Setelah mendapatkan hasil, ia mulai membaca artikelnya satu per satu. Hingga akhirnya, ia berhenti di satu artikel yang membuatnya tertarik.
'DONATUR PANTI ASUHAN TULIPA'. Tanpa pikir panjang, Veo langsung membacanya.Seketika mata Veo membulat sempurna, ponselnya langsung terjatuh begitu saja. Ia sangat syok dengan apa yang barusan ia baca. Ia terduduk lemas di kursinya.
Veo tersenyum tipis. "Ternyata papa yang jadi donatur panti ini."
Veo beranjak dari duduknya. Ia turun ke bawah menuju dapur dan mendapati bi Muti yang sedang mencuci piring.
Melihat ada suara langkah kaki, bi Muti menoleh ke belakang.
"Den Veo, ada apa?" tanya bi Muti setelah mengelap tangannya.
"Ashila anak Panti Asuhan Tulipa yang di adopsi keluarga Farel waktu Veo umur tujuh tahun. Bener kan, bi?" tanya Veo menatap bi Muti.
Bi Muti menatap Veo tak percaya. Ia berjalan menuju Veo dan tersenyum. "Den Veo--,"
"Papa juga jadi donatur panti ini karena mau adopsi Ashila. Terus kenapa papa bunuh Ashila? KENAPA?!" bentak Veo.
Seketika bi Muti langsung memeluk Veo dengan erat. Ia terisak mendengar ucapan Veo. "Bukan tuan Farel den yang bunuh non Ashila."
Veo melepaskan pelukannya dari bi Muti. Ia menatap wajah bi Muti yang di penuhi air mata. Perlahan ia mengusap sisa-sisa air mata wanita itu.
Veo memejamkan matanya sebentar lalu membukanya. "Veo akan cari tau sendiri," ucapnya lalu berjalan ke atas menuju kamarnya.
Bi muti hanya bisa menatap punggung Veo yang sudah hilang di belokan tangga. Ia menyeka sisa-sisa air matanya.
*****
Dira melamun di meja belajarnya. Pikirannya kembali teringat dengan ucapan Veo tadi siang. Ia menutup bukunya lalu di masukkan ke dalam tas sekolah. Dira mengambil laptopnya di laci meja lalu ia letakkan di atas meja belajarnya.
Perlahan jarinya mengetikkan sesuatu di keyboard nya. Dira menggerakkan jarinya ke atas dan ke bawah. Ia mengambil earphone nya dan mulai mendengarkan berita kematian Bondan satu per satu.
Jujur saja, ini adalah pertama kalinya Dira menonton berita kematian Bondan yang sudah lama di tayangkan.
Kematian Bondan Agroles, siswa SMA Permata Elang yang di duga kecelakaan motor akibat balapan...
"DIRA."
Setelah di selidiki, ternyata penyebabnya adalah rem blong...
"DIRA!"
Menurut para saksi, ia melakukan balapan motor di jalan Agro...
BRAKK
Dira berjingkat, ia melepaskan earphone nya dan menoleh ke sumber suara. Ia melihat Leo berjalan ke arahnya setelah membuka pintunya dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret & Truth [END]
Ficção AdolescenteSebuah rahasia akan terungkap oleh kebenaran yang sesungguhnya. Tidak mungkin rahasia akan terkubur selamanya. Baik buruknya rahasia, senang sedihnya rahasia akan terbongkar di kemudian hari. Cerita ini bukanlah tentang kisah cinta yang menyedihkan...