Tiga pemuda duduk di meja nomor tujuh. Ketiganya seperti sedang membicarakan hal penting.
Tiga pemuda yang tak lain adalah Veo, Arlan dan Kevin. Veolah yang meminta kedua sahabatnya datang ke kafe ini.
Ya, 'Lead Cafe' merupakan kafe yang di dirikan Rosa untuk Veo. Lantaran semasa SMP, teman Veo sering datang ke rumah.
Dan Rosa berinisiatif untuk membangunkan kafe khusus untuk Veo dan teman-temannya.
Namun, semenjak Rosa menjalankan butiknya di Belanda, kafe ini sudah ia jadikan untuk umum. Tetapi ada ruangan tersendiri yang khusus untuk Veo dan teman-temannya.
Bukankah itu sudah menunjukkan betapa Rosa sangat memperhatikan putranya?
BRAK
"GILA LO MAU AJAK KITA GABUNG ALKALINZE!" teriak Arlan dengan menggebrak meja setelah mendengar cerita dari Veo.
Untung saja ketiganya berada di ruangan tersendiri. Jika tidak, pengunjung kafe sudah menatap heran kepada Arlan.
Kevin yang membekap mulut Arlan langsung melepaskannya.
Sedangkan Veo masih diam berpikir.
Kevin mengamati Veo. "Tuh kan, apa gue bilang," tukasnya.
"Apa?" tanya Arlan.
"Ga pengen di pikirin tapi kepikiran. Ya ini nih akhirnya," ungkap Kevin.
"Bener. Jangan-jangan lo punya ikatan batin sama si gengsrek," tandas Arlan menatap Veo.
Veo berdecak kesal. "Gue serius," ucapnya.
Arlan dan Kevin kembali diam setelah memperhatikan wajah serius Veo.
"Gue gatau mau jawab apa ntar ke anak-anak AlkalinZe," tuturnya.
Kevin memajukan kursinya. "Kalo kita gabung AlkalinZe, itu bisa berdampak buruk buat tim basket kita," jelasnya.
Arlan mengangguk paham. "Bener juga, secara kan AlkalinZe anak motor," timpalnya.
"Mereka emang bener ga pernah bikin masalah, tapi ini bisa berdampak banget buat lo," terang Kevin.
"Nah, secara lo kan anak direktur sekolah sekaligus kapten basket. Ah iya, murid terpintar juga satu sekolah, " jelasnya.
"Yakin lo mau gabung AlkalinZe?" tanya Kevin.
Veo hanya diam, tak menanggapi apa yang di katakan kedua sahabatnya.
Kevin menepuk pundak Veo. "Lo pikirin baik-baik ya," ucapnya.
*****
Pak Bejo membukakan pintu gerbang bercat putih. Mobil Brio warna hitam memasuki pekarangan rumah besar bernuansa putih.
Pemuda dengan mengenakan celana jeans, kaos putih dan kardigan hitam keluar dari mobil itu.
Pemuda yang tak lain lagi adalah Veo. Ia melihat garasi rumahnya terbuka dan mendapati mobil papanya yang sudah berada di dalam.
Veo menghampiri pak Bejo. "Papa udah pulang?" tanyanya.
"Sudah den." jawab pak Bejo dengan tersenyum.
Veo hanya mengangguk paham dan kembali melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
'Tumben pulang cepet' batinnya.
Veo mendapati papanya duduk di ruang tengah menyalakan tv.
"Dari mana saja kamu?" tanya Farel.
Veo yang baru saja akan melangkahkan kakinya menuju tangga, kini harus berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret & Truth [END]
Teen FictionSebuah rahasia akan terungkap oleh kebenaran yang sesungguhnya. Tidak mungkin rahasia akan terkubur selamanya. Baik buruknya rahasia, senang sedihnya rahasia akan terbongkar di kemudian hari. Cerita ini bukanlah tentang kisah cinta yang menyedihkan...