SEMBILAN BELAS

732 152 407
                                    

Dira memasukkan sepedanya ke garasi kecil. Ia segera berjalan masuk ke dalam rumah, lebih tepatnya menuju dapur. Dan benar sekali, ia mendapati Mirah sedang memotong sayuran.

"Ibu."

Dira berjalan menghampiri Mirah dan memeluknya. Mirah juga membalas pelukan putrinya.

Perlahan Dira melepaskan pelukannya. "Ibu mau masak apa?"

Mirah tersenyum. "Tumis kangkung sama ikan goreng."

Dira tersenyum dan mengangguk paham. Ia sangat tahu bahwa masakan ini adalah makanan kesukaan Leo. Tetapi pemuda itu jarang pulang ke rumah. Walaupun seperti itu, Mirah sangat menyayanginya.

Dira jadi teringat kembali kejadian waktu itu. Ketika dirinya dan Leo di kepung oleh AlkalinZe. Dira juga penasaran dengan kode itu.

Ia tidak bisa menahan rasa penasarannya begitu saja. Walaupun ia selalu fokus dalam perlombaannya, tetapi pikiran itu datang secara tiba-tiba. Sama seperti hujan yang tiba-tiba turun.

"Ibu mau lanjut masak dulu. Kamu ganti baju dulu sana," suruh Mirah.

"Siap bu."

"Dira."

Dira menghentikan langkahnya dan menoleh ke Mirah dengan tatapan bertanya.

"Besok mau bawa nastar ngga?" tanya Mirah.

Dira hanya melongo di tempatnya.

Mira menghampiri Dira. "Ibu tadi pagi bikin kue nastar, besok bawa ya ke sekolah. Kasih ke temen sekelas, terutama yang nganter sepeda kamu waktu itu," jelasnya.

Melihat wajah antusias Mirah, Dira jadi tidak tega dan segera mengiyakan tawaran ibunya.

Dira segera berjalan menuju kamarnya. Sebelum masuk ke kamar, ia melihat pintu kamar Leo terbuka sedikit. Ia jadi penasaran dengan kamar Leo.

Apalagi Dira masuk ke kamar Leo hanya satu kali, saat pertengkaran pagi itu. Ya, itu adalah kali pertama dan terakhirnya masuk ke kamar Leo.

Masa bodoh. Tanpa pikir panjang, Dira segera masuk ke dalam kamar Leo. Tak lupa ia juga menutup kembali pintunya.

Ia menelisik kamar Leo dengan teliti. Masih sama, tidak ada yang berubah. Pandangannya berhenti pada almari kayu bercat hitam di sebelah meja belajar.

Baru saja Dira ingin menuju almari itu, tetapi tidak jadi, karena mendengar suara motor Leo. Dira segera keluar dari kamar pemuda itu dan masuk ke dalam kamarnya sendiri.

"Tumben kak Leo pulang."

*****

"Biar Dira bantu bu," ucap Dira melihat Mirah mengangkat mangkuk berukuran sedang berisi tumis kangkung.

Mirah berhenti. "Tugas kamu bangunin Leo, ya?"

Dira hanya menganga tak percaya. Ia melihat ibunya bolak-balik mengambil berbagai lauk pauk. Dalam hati, Dira sangat senang sekali melihat ibunya kembali seperti dulu lagi.

Sudah hampir satu bulan penyakit Mirah tidak kambuh. Dan hari ini juga sepertinya Mirah sangat antusias karena Leo pulang. Jadi, ia memasak banyak lauk.

Bukankah Leo harus bangga memiliki ibu yang menyayanginya walaupun dirinya acuh tak acuh?

Dira tersenyum kecil dan segera pergi menuju kamar Leo. Ia mengetuk pintu kamar dengan gantungan nama bertuliskan Leo.

Merasa tak ada jawaban, Dira membuka pintu itu.

Dira bersendekap dada melihat Leo tertidur pulas. "Kak Leo."

Secret & Truth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang